Terbatas Dana, PAUD di Sikka Ini Tetap Bina Anak Berkebutuhan Khusus

Editor: Makmun Hidayat

Jumlah murid 30 orang dan guru 8, sebutnya, ditambah satu orang bagian tata usaha dan satu disabilitas netra yang masih bisa melihat namun hanya dalam jarak 2 meter dimana dirinya bekerja sebagai petugas kebersihan selain juga mengembangkan keterampilan menganyam pot bunga.

“Kita memberdayakann sekaligus memperkerjakannya dengan harapam ada yang melihar potensi dia dan tertarik memberdayakannya. Ada hal-hal yang di luar kemampuan kita  tetapi bisa kita lakukan,” tuturnya.

Metode pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah ini yakni satu kelas, satu guru, satu siswa namun guru Ursula, ada yang dua guru satu siswa dan semua muridnya anak-anak berkebutuhan khusus.

Pihaknya juga sedang merancang Sabtu inklusi dan sudah menyurati beberapa sekolah terdekat agar bisa mengirim muridnya untuk bisa bersekolah bersama di tempat ini.

“Alangkah indahnya perbedaan tanpa membedakan.Itu yang  kita angkat dalam Sabtu inkkusi ini. Kami berharap dengan adanya Sabtu inklusi ini anak-anak berkebutuhan khusus juga bisa bermain dan belajar dnegan anak-anak normal atau sebaliknya,” ujarnya.

Fransiska salah seorang warga kota Maumere yang keponakannya bersekolah di tempat ini mengaku sangat salut dengan semangat dan spirit sekolah ini yang terus berkarya meskipun minim fasilitas dan dana.

Menurut Fransiska, apa yang dilakukan sekolah ini patut ditiru karena pendirinya berani mendirikan sekolah yang jarang sekali ada di Kabupaten Sikka dan tidak mengharapkan bantuan pemerintah.

“Saya salut dengan Ibu Ursula yang tidak mau menjadi guru dan pegawai negeri mapan dan lebih memilih mendirikan sekolah dan mengabdi bagi anak berkebutuhan khusus,” ujarnya.

Lihat juga...