Terobosan Baru Teknologi Budidaya Ikan Wader
Editor: Makmun Hidayat
YOGYAKARTA — Sebagai upaya mengurangi aktivitas penangkapan ikan di alam untuk kebutuhan konsumsi, seorang dosen Fakultas Biologi UGM, Dr Bambang Retnoaji, berupaya melakukan inovasi budidaya ikan wader dengan memanfaatkan teknologi terbaru.
Bertempat di Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM, ia menyebut sistem budidaya yang dilakukannya ini mampu mempersingkat waktu reproduksi ikan lokal asli Indonesia yang kerap dijadikan lauk maupun camilan ini.
“Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, karena masa reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim. Tapi dengan teknologi budidaya ini reproduksi ikan bisa berlangsung 2 minggu sekali,” ungkapnya, Selasa (04/02/2020).
Bambang menjelaskan pengembangan sistem budidaya ikan wader pari ini ia lakukan bersama dengan para peneliti UGM yang tergabung dalam Aquatic Research Group sejak tahun 2014 silam. Proses pemijahan, pembibitan maupun pembiakan seluruhnya dilakukan di laboratorium.
“Sementara untuk budidaya skala masal dilakukan di kolam luar ruangan. Caranya kita menjalin kerja sama dengan petani ikan lokal atau gabungan kelompok petani di Kulon Progo, Sleman, dan Gunungkidul,” ungkapnya.
Waktu pemeliharan dan penyediaan ikan siap panen sendiri dilakukan di usia 2-3 bulan, sedangkan penyediaan indukan dilakukan di usia 6-8 bulan. Untuk mempercepat proses reproduksi, Bambang merancang alat pemijahan yang dapat digunakan di dalam maupun luar ruangan dengan kondisi yang bisa diatur. Dengan begitu, pemijahan bisa dilakukan tanpa bergantung musim dan dapat digunakan setiap waktu.
“Alat pemijah ikan wader pari ini terdiri dari rak pemijahan, akuarium utama, akuarium pemijahan, akuarium filter, dan sistem sirkulasi debit air yang dicirikan dengan akuarium pemijahan dengan ijuk sebagai media ikan bertelur. Pemijahan dilakukan mulai jam 16.00 sampai dengan jam 07.00 keesokan harinya pada saat telur di panen,” katanya.