Tingkat Konsumsi Ikan di Sikka Melebihi Nasional
Editor: Makmun Hidayat
Dalam arti bahwa komoditas perikanan sebagai bahan pangan dunia, tegas dia, harus tersedia secara terus menerus sehingga penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan terus menerus diberantas.
“Kita ingin masyarakat nelayan harus menghindari ilegal fishing maupun destructive fishing. Ini cara-cara penangkapan ikan yang tidak menjaga keberlanjutan produksi sehingga akan berdampak terhadap ketersedian ikan yang ke depannya akan berkurang,” tuturnya.
Di Sikka sendiri, beber Paul, permintan investasi dari perusahaan perikanan setiap tahun selalu ada sehingga nelayan harusnya bersyukur bahwa potensi ikan sangat besar dan harus dijaga keberlanjutannya.
Nelayan di Sikka sangat potensial untuk menggerakan perekonomian di daerah ini tambahnya karena ada 5 ribu lebih nelayan tangkap yang menggantungkan hidupnya dari komoditi perikanan.
“Kami dari DKP Sikka juga membangun fasilitas penunjang berupa dermaga serta 3 pabrik es dan 3 cold storage.Juga kami bangun kolam labuh bagi perahu-perahu nelayan agar mempermudah nelayan dalam beraktifitas,” terangnya.
Sykur, salah seorang nelayan di Kabupaten Sikka yang ditemui di TPI Alok Maumere mengakui produksi ikan di Kabupaten Sikka terutama laut utara Flores memang lumayan bagus namun tidak menentu.
Saat musim ikan-ikan tertentu seperti bulan Desember hingga Februari saat musim hujan, katanya, produksi ikan tongkol berukuran kecil serta ikan layang terkadang mengalami peningkatan drastis.
“Pendapatan nelayan bagan maupun nelayan yang menggunakan pukat memang tidak banyak. Paling hanya Rp500 ribu hingga Rp1 juta sehari itu pun kalau ikan sedang banyak, tetapi kalau musim angin kencang dan gelombang nelayan bisa libur melaut hingga 3 bulan,” terangnya.