Warga Malang Galang Donasi Lukis Payung untuk Mbah Rasimun
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Namun aksi melukis memang tidak semuanya dikerjakan di tempat tersebut, banyak seniman yang mengerjakan di rumah masing-masing.
Menurut Yuyun, Mbah Rasimun merupakan contoh bagi generasi muda, meskipun usianya sekarang sudah menginjak 95 tahun, masih tetap menekuni pekerjaannya. Baru beberapa bulan belakangan ini saja Mbah Mun sudah tidak berproduksi karena sakit.
“Sekarang semua pesanan payung dikerjakan anak Mbah Mun. Terakhir ini ada pesanan 150 payung yang dikerjakan oleh anaknya. Sebenarnya ada dua maestro payung tapi yang satunya sudah meninggal sehinggal tinggal Mbah Mun sendiri sekarang,” tuturnya.
Terkait jumlah donasi yang diberikan kepada Mbah Mun, Yuyun mengaku pasrah dan tidak ada target jumlah yang ditentukan.
“Kami berharap donasi yang dikumpulkan lebih dari 10 juta, agar manfaatnya bisa benar-benar dirasakan oleh Mbah Mun. Kami juga berharap ke depan pemerintah bisa lebih memperhatikan keberadaan para seniman khususnya yang sudah berusia senja,” ucapnya.
Sementara itu Mbah Rasimun mengaku sudah menekuni pembuatan seni payung kertas sejak tahun 1945. Tidak ada yang mengajarkannya membuat payung, Mbah Mun melakukannya secara otodidak.
“Saya tidak belajar, tapi otodidak, coba-coba terus bisa,” akunya.
Uniknya, dalam mewarnai desain payungnya Mbah Mun tidak pernah menggunakan kuas, namun ia hanya menggunakan bambu untuk mengoleskan cat warna pada setiap desain payungnya.
Bukan hanya itu, dalam melukis gambar pada payungnya, Mbah Mun juga tidak pernah melihat atau mencontoh gambar lain, tapi hanya menggunakan daya imajinasinya.
“Kenapa harus beli kuas, kalau pakai bambu sudah bisa digunakan melukis untuk mendapatkan uang. Saya menggambar atau membatik payung juga tidak melihat contoh gambar, tapi langsung ada di dalam pikiran,” jelasnya.