1.117 Pasien DBD di Sikka, 12 Anak Meninggal Dunia
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Anak tersebut tegas Petrus, terlambat dibawa ke Puskesmas karena baru kemarin sore Rabu (4/3/2020) dibawa berobat ke Puskesmas Nita dan langsung dirujuk ke RS TC Hillers dalam kondisi Grade 3 sehingga terlambat mendapatkan pertolongan.
Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebutnya, tetap dilakukan untuk memutuskan mata rantai penyebaran dan berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti penular virus dengue.
“Kendalanya kesadaran masyarakat masih rendah dan tetap diupayakan untuk ditingkatkan dalam menjaga kebersihan dan melindungi keluarganya masing-masing sehinggga memutus mata rantai penularan virus ini,” terangnya.
Kementrian Kesehatan RI kata Petrus, telah menurunkan tim ahli untuk melakukan penelitian vektor nyamuk serta membantu mengirimkan 10 dokter umum yang bertugas di rumah sakit dan puskesmas untuk membantu pelayanan penanganan pasien DBD.
Kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN masih minim kata dia, karena ada satu kasus kematian dimana pantauan tenaga kesehatan berulangkali jentik nyamuknya selalu ada.
“Kami juga mengalami kendala berjubelnya pasien yang hendak memeriksakan darah di laboratorium kesehatan yang ada baik di Labkesda dan di Puskemas. Hanya 3 alat yang dimiliki ditempatkan di 3 puskesmas dan puskesmas lainnya hanya manual saja,” paparnya.
Sampai hari ini, Kamis (5/3/2020) tambah Petrus, ada 136 pasien yang dirawat di 3 rumah sakit dan dari 1.117 pasien yang mendapatkan penanganan medis, ada 961 pasien yang dinyatakan sembuh sehingga pihaknya berjuang agar ke depan kasusnya bisa menurun.
Beberapa warga yang ditemui di Labkesda milik Dinas Kesehatan Sikka mengaku datang memeriksakan anak mereka yang mengalami demam meskipun malam hari karena takut terserang demam berdarah.