Jakarta Gagal ‘Lockdown’ Sudah Tepat

Oleh: Abdul Rohman

Abdul Rohman, Penulis Buku Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan, -Dok. CDN

Veto pemerintah pusat yang menggagalkan ikhtiar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang mengusulkan lockdwon/karantina wilayah Jakarta, merupakan keputusan tepat.  Setidaknya diambil hikmahnya saja.

Tanpa diinstruksikan, penduduk Jakarta berbondong-bondong balik kampung, sebelum masa puncak penyebaran virus berakhir.

Apa yang menyebabkan mobilitas balik kampung sebelum masa puncak penyebaran virus berakhir?

Tiada lain tutupnya fasilitas-fasilitas perekonomian Jakarta, seperti tutupnya pusat-pusat pariwisata, kafe, SPA, sekolah-sekolah, sepinya penumpang taksi termasuk taksi online, tutupnya sejumlah usaha sektor informal, dan fasilitas-fasilitas perokonomian yang lain.

Rumah Sakit, pasar, apotik, dan sejumlah penjual makanan masih buka. Tapi, tidak sedikit warung yang tutup.

Faktor ke dua eksodus dari Jakarta adalah fakta ditetapkannnya Jakarta sebagai daerah merah Corona, sehigga memicu banyak orang panik, dan memilih balik kampung.

Orang-orang yang menetap di Jakarta sediri kebanyakan sudah karantina secara mandiri, sejak lama. Tinggal di rumah, kerja dari rumah, karena sekarang era digital, kadang-kadang keluar membeli bahan pangan atau melalui fasilitas jual beli online, setiap jam tertentu dan ketika ada sinar matahari, keluar rumah, atau ada yang di gang depan rumahnya untuk berjemur. Kemudian balik ke rumah lagi.

Bisa dibayangkan kacaunya Jakarta sebagai megapolitan dengan  penduduk puluhan juta, jika di-lockdwon.

Mobilitas antarpeduduk Jakarta yang di-lockdown secara tidak penuh, akan menyebabkan penularan virus secara masif.

Jadi dengan tidak lockdown, sangat mengurangi kepadatan penduduk Jakarta dan tentunya mengurangi penularan virus Corona penyebab Covid-19.

Lihat juga...