MENGENANG PERISTIWA LAMA

Sahabat, ada yang menanyakan pada saya, kok sudah lama tidak menulis lagi. Maaf karena kesibukan, baru sekarang mau mencoba lagi.

Sahabat, 71 tahun yang lalu, tepatnya, 23 januari 1949, saya dilahirkan dari seorang ayah bernama Soeharto dan Ibu bernama Siti Hartinah. Waktu itu jaman masih perang, dan bapak saya ikut di dalam peperangan mempertahankan kemerdekaan.

Pada saat ibu melahirkan saya, bapak tidak bisa mendampingi ibu. Beliau masih memimpin pertempuran di Jogja. Sebagai istri seorang prajurit, ibu tidak pernah menyesali melahirkan putra pertamanya tanpa suami mendampingi. Ibu bahkan bangga bapak tetap bertempur membela tanah airnya.

Ibu pernah bercerita pada saya: “Bapakmu itu wuk, dulu ingin anak pertamanya laki-laki.”

“Jadi bapak nyesel dalem (saya) terlahir perempuan bu?” Aku bertanya agak sedikit kecewa.

Ora wuk (tidak nak), begitu kamu lahir, bapak malah sayang sekali karo kowe (dengan kamu). Apalagi bapak baru bertemu kamu setelah kamu berusia tiga bulan. Sebelum kamu lahir, bapak terlibat dalam peperangan melawan agresi Belanda II, dan mempersiapkan serangan umum 1 Maret 1949, untuk menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia masih ada.

Alhamdulillah, perjuangan bapakmu dan kawan-kawannya, berhasil.” Ibu berhenti sejenak. “Sejak bapakmu bertemu kamu wuk, tidak ada yang boleh membuat kamu nangis…” lega saya mendengar cerita ibu, Alhamdulillah.

“Setiap pulang tugas, bapak selalu menggendong kamu. Saat bapak mirsani pertandingan bolapun, kamu diajak nonton bola.” Ibu bercerita sambil memandang bapak dengan senyum lesung pipitnya. Sementara bapak mendengarkan cerita ibu dengan senyum dikulum… he he.

“Waktu kamu masih kecil, saking bapak pingin kamu jadi wanita kebanggaan bapak, bapak ngendiko (menyampaikan) ke ibu. Bu, anak kita diajari masak,” ibu melanjutkan cerita sambil tertawa geli. “Mengko yen wis gede yo pak (nanti kalau sudah besar ya pak), saiki isih bayi (sekarang masih bayi)”. Bapak ikut tertawa geli mendengar cerita ibu. Terpancar kasih dan bahagia beliau berdua, mengenang peristiwa-peristiwa lama.

Bapak ibu, aku bangga dan bersyukur, terlahir dari Bapak dan Ibu. Doa kami, semoga Allah SWT, mengampuni segala dosa dan khilaf Bapak dan Ibu, diterima segala amal dan ibadah Bapak dan Ibu, dan di sorga-MU, tempatkan bapakku dan ibuku ya Allah… aamiin…

Lihat juga...