Petani Badui Kewalahan Layani Permintaan Jahe Merah

LEBAK – Sejumlah petani Badui, di Kabupaten Lebak, Banten, mengaku kewalahan melayani permintaan jahe merah. Hal itu dialami, setelah merebaknya wabah virus corona penyebab COVID-19, belakangan ini.

“Kami merasa kewalahan melayani permintaan jahe merah itu,” kata Mursid (30), seorang petani Badui saat mendatangi rumah pelanggan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Rabu (25/3/2020).

Permintaan jahe merah meningkat, setelah merebaknya virus corona. Petani Badui bisa menjual ke pasar hingga 30 kilogram jahe merah dengan harga Rp100.000 per-Kg. Apabila perhari bisa menjual 30 Kg, maka pendapatan yang didapatkan sudah tembus Rp3 juta per-hari.

Mursid (30), salah satu Petani Badui – Foto Ant

Padahal, harga jahe merah sebelumnya hanya sekira Rp40.000 per-Kg. Dan harga mengalami kenaikan cukup signifikan, akibat adanya wabah COVID-19. Para petani Badui juga menjual jahe merah secara online dan banyak pembelinya dari luar daerah, seperti Jakarta, Bandung hingga Surabaya. Selain itu petani Badui mendatangi para pelanggan tetap yang ada di Kota Rangkasbitung dan sekitarnya, yang kebanyakan adalah para pejabat dan pengusaha.

“Para pembeli itu menganggap bahwa jahe merah Badui dapat menguatkan stamina tubuh, agar kuat terhadap penyakit menular, termasuk penyebaran virus corona,” jelasnya.

Santa (50), petani Badui lainnya mengatakan, di musim panen jahe Maret 2020 ini, mampu meraup keuntungan Rp60 juta dari lahan seluas 4.000 meter persegi. Tanamanya tumbuh relatif bagus, tanpa serangan hama.

Saat ini, harga jage merah ditampung tengkulak di Rangkasbitung Rp80.000 hingga Rp100.000 per-kg. Panen selama setahun bisa menghasilkan 70 kuintal, dan diprakirakan dapat menghasilkan uang sebesar Rp60 juta. “Kami merasa terbantu ekonomi keluarga dengan panen jahe merah ini, juga harga relatif bagus dan menguntungkan,” ujar Santa.

Lihat juga...