Dampak Covid-19 Produktivitas Pertanian Menurun

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Peneliti Center for Food, Energy and Sustainable Development INDEF, Dhenny Yuartha Junifta, mengatakan, pemerintah harus menangani wabah Corona atau Covid-19 dengan tepat. Jika tidak hal ini akan berimplikasi pada sektor ekonomi, termasuk produktivitas pertanian menurun.

“Ada tantangan produksi pertanian saat pandemi ini yang menjadi ancaman atau masalah bagi para petani,” kata Dhenny dalam diskusi online INDEF bertajuk “Pangan Vs Pandemi: Urgensi Menjaga Akses dan Stok Pangan” melalui aplikasi Zoom, di Jakarta, Rabu (8/4/2020).

Menurutnya, ada dua permasalahan yang membuat produktivitas pertanian menurun. Pertama, adalah perubahan iklim, dan kedua yaitu pandemi virus Covid-19.

Bahkan sebuah riset dari McKinsey menyebutkan ada sekitar 19 persen kemungkinan penurunan hasil panen biji-bijian, termasuk padi gandum, jagung dan kedelai.

Dimana penurunan ini sumbangannya terhadap produksi pertanian sekitar 5 persen. Sehingga menurutnya, perubahan iklim dapat juga mengubah cara masyarakat atau petani memproduksi pertaniannya.

Adapun masalah kedua adalah pandemi Covid-19, yang menurutnya, akan berimplikasi terhadap pasokan pangan yang membengkak. Meskipun Kementerian Pertanian memastikan stok pangan aman sampai bulan Agustus mendatang. Misalnya, beras produksi surplus sekitar 8 juta ton lebih.

“Tapi masalahnya, penanganan Covid-19 kalau lebih dari bulan Agustus belum selesai, akan seperti apa implikasi pada pasokan pangan,” tukasnya.

Pemanfaatan pasokan pangan tentu berbeda, karena menurutnya, saat ini Indonesia belum selesai menghadapi wabah virus Covid-19. Hingga kemudian masalah ini berdampak ke semua sektor, termasuk menurunnya produktivitas pertanian.

Lihat juga...