Duku dan Durian Masih Jadi Primadona di Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Haryoto menyebut ia memiliki sekitar 30 batang pohon durian. Sistem penjualan dengan borongan membuat ia bisa mendapatkan hasil Rp5 juta. Hasil uang borongan itu dengan estimasi per kilogram buah duku dibeli seharga Rp3000 per kilogram.
Harga yang murah menyesuaikan lokasi sebab lahan perbukitan berimbas sulitnya proses pemanenan serta distribusi.
Setelah dipanen buah duku oleh pemborong akan dijual ke pengepul. Pengepul membeli duku tersebut lalu dijual ke pengecer. Pada tingkat pengepul buah duku dijual Rp5.000 hingga Rp8.000 sesuai dengan jenis dan ukuran.
Pada sejumlah pengecer dan pedagang di tepi Jalan Lintas Sumatera harga bisa berkisar Rp12.000 hingga Rp15.000. Memiliki rasa manis meski berbiji, buah duku khas Lamsel sangat diminati.
“Rasanya manis bahkan jika sudah disortir buah duku Katibung kerap dijual dengan tulisan duku Palembang padahal beda,” terangnya.
Musim duku yang masih berlangsung pada lahan petani di Ketibung memberi dampak positif bagi pedagang.
Sri Minatun mengaku memesan dari pengepul duku dengan sistem karungan. Satu karung dengan berat 20 kilogram ia membeli sudah seharga Rp10.000. Dijual seharga Rp15.000 ia mendapatkan keuntungan Rp5.000. Perhitungan dilakukan sesuai dengan ongkos kirim duku.
“Kami harus bisa memperhitungkan kapan duku memasuki tingkat kematangan jika tidak busuk bisa merugi,” cetusnya.
Selama musim duku Sri Minatun mengaku mendapat keuntungan bersih hingga Rp3 juta. Keuntungan tersebut bisa kembali diputar untuk modal berdagang. Sebab berjualan duku dan buah lain ia harus menyesuaikan musim.
Duku yang masih akan bisa dipanen hingga bulan Ramadan menurutnya memberi keuntungan. Meski ia memprediksi bulan Ramadan tahun ini tidak akan seramai tahun sebelumnya imbas Corona.