Ganjar: Hidupkan Kembali Jimpitan dan Sistem Ronda Warga
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Masyarakat Indonesia, khususnya warga Provinsi Jateng, sudah tidak asing lagi dengan tradisi ‘jimpitan’. Di mana setiap rumah menyediakan beras ‘sejimpit’ atau kira-kira setengah gelas, di depan rumah mereka, yang setiap hari akan diambil oleh pengurus RT/RW.
Nantinya, setiap minggu atau bulan, beras yang terkumpul tersebut akan ditimbang dan dibagikan kepada warga masyarakat yang membutuhkan atau fakir miskin.
Tradisi jimpitan ini digagas kembali oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, terlebih untuk memenuhi kebutuhan warga miskin yang terimbas penyebaran virus corona.
“Mulai hidupkan lagi jimpitan, yang muslim zakat, infak, dan sedekahnya bisa dioptimalkan . Hasil sumbangan warga dikumpulkan di satu tempat untuk kemudian digunakan membantu warga sekitar yang membutuhkan,” paparnya di Semarang, Kamis (2/4/2020).
Dirinya pun memerintahkan para kepala desa, untuk membuat lumbung pangan dari hasil jimpitan tersebut, agar desa bisa mandiri tanpa terlalu bergantung pada bantuan pemerintah pusat.
Selain itu, keberadaan lumbung pangan dapat berfungsi membantu masyarakat yang membutuhkan. Mereka terimbas Covid-19, dapat dijamin kehidupannya oleh desa.
“Minimal, dengan kekuatan itu, desa bisa menolong. Maka ini kompak, bantuan dari pemerintah pusat ada, kekuatan dari bawah juga ada. Mari kita kembalikan kekuatan gotong royong dengan kultur desa ini, agar kita semua bisa melewati masa-masa sulit seperti saat ini,” ungkapnya.
Diterangkan, kearifan lokal menjadi kekuatan terpendam yang dimiliki warga desa untuk melawan pagebluk, dalam hal ini Covid-19. “Saya yakin, desa justru bisa bertahan karena kultur masyarakatnya yang masih komunal dan mau berbagi,” tandasnya.