Intelijen Amerika di Balik Pak Harto Berhenti

OLEH: NOOR JOHAN NUH

Operasi Jaya Wijaya merebut kembali Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi adalah operasi militer gabungan terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia, mencakup 4 matra (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian), melibatkan lebih dari 40.000 personel.

Ke Indonesia      

JALAN SEJARAH  kemudian menentukan Panglima Komando Mandala Mayor Jenderal Soeharto menjadi  Presiden Indonesia kedua berdasarkan Tap MPRS No XXXIII, setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno berjudul Nawaksara ditolak oleh MPRS, pasca kudeta berdarah G30S/PKI.

Satu tahun menjabat sebagai  presiden, seorang penulis Amerika OG Roeder menulis biografi Pak Harto: The Smiling General. Buku ini dicetak di Jepang dan diedarkan di beberapa negara hingga masyarakat dunia mengenal sosok seorang jenderal yang selalu  tersenyum meskipun menjadi presiden di negara yang kondisinya karut-marut.

Sebagai presiden, prestasi gemilang ditunjukkan oleh Pak Harto ketika berhasil menjadikan Indonesia dari negara yang begitu menderita dan terpuruk serta miskin, berhasil menjadi negara berkembang yang siap menjadi negara industri, menjelang era globalisasi   milenium ketiga. Sayang capaian itu terhenti bahkan mundur  karena rekayasa krisis multidimensi oleh pihak yang tidak menghendaki negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini berhasil melaksanakan pembangunan.

Fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa pihak asing berperan aktif dalam melengserkan Pak Harto sebagai presiden, diantaranya  terungkap  pada waktu Direktur IMF Michel Comdessus mengakhiri tugasnya—mengakui rekayasa krisis yang dilakukannya: “We created the conditions that obliged President Soeharto to leave his job” (Kami yang mengkreasi kondisi hingga Presiden Soeharto meninggalkan jabatannya).

Lihat juga...