Menkeu: Dampak Covid-19 Lebih Kompleks dan Berat
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengungkapkan bahwa penyebaran wabah Covid-19 memberikan tekanan sangat besar bagi perekonomian global maupun nasional. Bahkan, Menkeu menilai, situasinya bisa jauh lebih buruk bagi Indonesia, dari krisis keuangan pada tahun 1997-1998 dan 2007-2008.
“Dampak Covid ini jauh lebih kompleks dan lebih berat. Karena Covid mengancam jiwa manusia, mematahkan semua fondasi ekonomi semua negara, dan menciptakan ketidakpastian juga gejolak di pasar modal yang tidak ada jangkarnya,” terang Menkeu, Senin (6/4/2020) dalam Rapat Kerja dengan DPR RI secara virtual.
Satu hal yang paling membuat situasi saat ini lebih buruk, kata Menkeu, adalah karena tidak satu pun pihak yang mengetahui kapan virus ini akan berakhir.
“Kalau situasi krisis di masa lalu, kita bisa identifikasi masalahnya dan putuskan solusinya. Nah sekarang ini kita ngga ada yang tahu, ngga ada jangkarnya. Setiap negara punya skenario, dan ini yang menjadi bayang-bayang sektor keuangan seluruh dunia,” tandas Menkeu.
Senada dengan itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga mengutarakan, bahwa sepanjang bulan Maret, di mana wabah Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, telah menimbulkan kepanikan di pasar keuangan global.
“Kepanikan inilah yang kemudian menimbulkan gelombang pelepasan aset-aset di seluruh dunia, tidak peduli itu saham, obligas ataupun emas. Seluruh investor global menukarkan, menjual atau melepas semua itu dan lebih memilih dalam bentuk tunai, dalam hal ini adalah mata uang dolar,” papar Perry.
Di Indonesia hal serupa juga terjadi. Perry menyebutkan, eskalasi kasus positif Covid sepanjang bulan Maret yang terus meningkat, membuat gelombang aliran modal asing yang keluar (capital outflows) kian membesar.