Pembudidaya Rumput Laut di Lamsel Kesulitan Jual Hasil Panen

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Saat kering rumput laut sebanyak ratusan jalur bisa diperoleh sekitar 4 hingga 5 kuintal. Sebelum puasa ia kerap menerima pesanan hingga 7 kuintal tapi tahun ini tidak ada pesanan.

Biaya modal untuk penyediaan bibit, pelampung, tonggak, tambang menurutnya belum bisa dikembalikan. Proses pemanenan yang kerap harus mengupah tenaga kerja bahkan harus dibayar dengan cara berhutang dari pengepul.

Sebagian pengepul yang kerap mengambil rumput laut kering dari belasan pembudidaya rumput laut bahkan sementara berhenti operasi.

“Saat permintaan tinggi kebutuhan rumput laut bisa mencapai tiga ton tapi tahun ini satu kuintal pun belum terjual,” cetusnya.

Juarsih, pembudidaya rumput laut spinosum memastikan imbas permintaan sepi ia memilih menurunkan harga. Sempat dijual dalam kondisi kering seharga Rp10.000 per kilogram kini ia bahkan menjual rumput laut kering seharga Rp8.000.

Juarsih, pembudidaya rumput laut spinosum di pantai Desa Legundi Kecamatan Ketapang Lampung Selatan mengalami kesulitan penjualan imbas Corona, Kamis (16/4/2020) – Foto: Henk Widi

Meski telah menurunkan harga ia juga menyebut permintaan belum maksimal. Permintaan dominan untuk kebutuhan keluarga.

“Permintaan untuk usaha kuliner pembuatan minuman kerap saya beri harga khusus tapi tahun ini berkurang,” cetusnya.

Permintaan rumput laut jenis spinosum menurutnya tidak sebesar jenis Katoni atau Eucheuma Catonnii. Jenis katoni yang memiliki keragian tinggi untuk pembuatan agar agar, bahan kosmetik kerap diminta untuk ekspor.

Namun pembudidaya jarang membudidayakan jenis katoni karena tidak cocok dengan kondisi perairan di wilayah tersebut.

Lihat juga...