Pemkab: Peternak Ayam Broiler di Bantul tak Rugi Meski Harga Anjlok

Ilustrasi - Peternakan ayam broiler -Dok: CDN

YOGYAKARTA – Pemerintah Kabupaten Bantul, menyebut bahwa para peternak ayam di daerahnya tidak mengalami kerugian, meskipun harga jual ayam anjlok di tengah pandemi Covid-19.

“Harga ayam kemarin sempat satu ekor cuma Rp9.000 sampai Rp10.000, tapi kalau di Bantul peternak tidak merasakan harga itu, karena mereka tidak ada yang mandiri. Semua ikut kemitraan,” kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul, Joko Waluyo, saat dihubungi, Rabu (22/4/2020).

Menurut dia, para peternak ayam broiler di Bantul tidak rugi karena harga yang diberikan kepada Perusahaan Inti Rakyat (PIR) selaku mitra usaha peternakan sudah sesuai kontrak yang disepakati di awal, sehingga yang terdampak dari anjloknya harga per ekor justru pengusaha tersebut.

“Jadi semua ikut pola PIR, jadi kalau pola PIR itu yang rugi pihak inti, pihak plasma dalam hal ini peternak tidak rugi, karena kontrak duluan. Jadi, di Bantul saya kira tidak merasakan kerugian, karena kalau pola PIR kan inti (perusahaan) yang menyediakan, kontrak harga duluan,” katanya.

Dia mengatakan, berbeda dengan peternak ayam broiler mandiri yang mengalami kerugian, sebab bibit, pakan, hingga obat-obatan harus beli sendiri. Ia mengatakan, di Bantul 99 persen peternak ayam ikut pola kemitraan.

“Di Bantul, kebetulan banyak dan tersentra di beberapa daerah seperti Seloharjo (Pundong), daerah pantai selatan seperti Sanden, kalau di Pajangan itu ada antara petelur sama potong, jadi yang rugi pengusaha karena peternak kontrak, petani hanya memelihara,” katanya.

Joko Waluyo pun mengatakan, pemerintah daerah tidak mampu mengatasi persoalan rendahnya harga ayam per ekor, sebab kondisi ini juga dialami para pengusaha di seluruh Indonesia akibat menurunnya daya beli di masyarakat, sehingga penanganan merupakan wewenang pemerintah pusat.

Lihat juga...