Butuh Langkah Konkret Kurangi Potensi Anak Terpapar Covid-19

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Pemerhati Perlindungan Anak, Sitti Hikmawatty, menyatakan bahwa permasalahan anak di Indonesia cukup kompleks, tidak hanya seputar Covid-19.

“Melansir data Policy Brief, yang disampaikan PBB pada 15 April 2020 lalu menyatakan bahwa sebelum terjadinya krisis ini, kita sebenarnya hidup di dunia yang gagal untuk peduli secara memadai dalam melindungi anak. Hampir setiap lima detik, seorang anak di bawah usia 15 tahun meninggal, belum lagi, satu dari setiap lima anak mengalami kekurangan gizi,” kata Sitti saat dihubungi, Minggu (31/5/2020).

Ada sekitar 368.500.000 anak di seluruh dunia yang berasal dari 143 negara yang biasanya bergantung pada makanan di sekolah untuk sumber nutrisi harian mereka.

“Hal ini diperburuk dengan naiknya angka pemutusan hubungan kerja para orang tua, sehingga orang tua semakin tidak sanggup menyiapkan makanan yang memadai bagi pemenuhan gizi anak, para wanita hamil dan ibu yang menyusui. Padahal, untuk melawan COVID-19 diperlukan imunitas dalam tubuh yang sehat, dimana imunitas ini salah satunya di-support oleh asupan makanan yang memadai,” ujarnya.

Di sisi lain, Indonesia juga masih harus dalam posisi perang terhadap stunting. Data Kemenkes RI di tahun 2017 menyatakan setidaknya satu dari tiga anak Indonesia menderita stunting.

“Dan kita semua tahu, kondisi stunting ini, jauh lebih buruk dari sekedar kondisi kurang gizi, sehingga bisa dibayangkan betapa beratnya anak-anak dengan kondisi gizi kurang bahkan buruk, harus melakukan perlawanan terhadap kondisi pandemi yang terjadi,” kata Sitti dengan tegas.

Dengan fakta ini, Sitti mengimbau agar kebijakan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia, lebih tajam keberpihakannya dalam perspektif perlindungan anak.

Lihat juga...