Butuh Mekanisme Tepat untuk Jaga Potensi Kayu Gaharu Indonesia
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Senyawa ini ada di setiap tanaman. Tapi hanya di tanaman Aquilaria ini, senyawa itu mengubah kayu menjadi keras dan mengeluarkan aroma wangi. Prosesnya sendiri tidak sebentar, bisa butuh waktu lama,” ucapnya.
Di beberapa daerah Indonesia, seperti di Lombok atau di Sumatera, pohon Aquilaria yang sudah cukup umur, dilubangi untuk memicu reaksi Phytoaleksin.
“Bisa dibor atau diinokulasi. Dan nanti di lubang ini akan diberikan bakteri atau jamur yang bisa menginfeksi. Biasanya ini dilakukan pada pohon yang sudah cukup umur, minimal 10 tahun. Untuk memastikan bahwa kayu tersebut berpotensi untuk berubah menjadi kayu Gaharu. Karena jika terlalu kecil, yang ada pohonnya malah mati. Jadinya cuma kayu lapuk,” ujar Azis.
Ia menyebutkan interaksi ini sifatnya sangat unik. Dimana masing-masing jenis tanaman memiliki perbedaan dalam merespon jenis penyakit yang masuk.
“Jenis bakteri atau jamurnya itu beda-beda. Yang Sumatera beda, yang Kalimantan beda, yang Thailand juga beda. Hal ini juga yang membuat kayu Gaharu ini memiliki harga yang mahal,” tandasnya.
Pengaruh lainnya adalah karena pengaruh mikroklimat dan genetika.
“Suhu, kelembaban, kondisi tanah itu mempengaruhi. Dan dari sisi genetika, karena pengembangbiakan Aquilaria ini dari biji, maka kemungkinan gen-nya berbeda itu sangat besar. Dan saat gen-nya berbeda maka reaksi terhadap bibit penyakit juga berbeda,” ujarnya lagi.
Ahli Botani Taman Buah Mekarsari, Gregorius Hambali, menyatakan, cara penanganan Aquilaria yang tidak tepat membuat Aquilaria ini menjadi salah satu tanaman cenderung langka.