Dampak Corona, Produk Ikan di NTT tak Terserap Perusahaan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Produksi ikan tuna dan cakalang nelayan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terutama Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur dan Sikka yang paling banyak terdapat nelayan tangkap menggunakan kapal Pole and Line atau Huhate sebelum Covid-19 selalu melimpah.

Produksi ikan tangkap di Kabupaten Flores Timur (Flotim) Provinsi NTT tahun 2017 sebanyak 3.772,161 ton. Sementara di tahun 2018 jumlahnya menurun mencapai 3.468,7 ton.

“Ikan cakalang masih menjadi primadona dan selalu banyak produksinya. Jumlah produksi tahun 2017 mencapai 2.265,9 ton sementara tahun 2018 jumlah produksi turun menjadi 1.274,2 ton,”  jelas Apolinardus Y. P. Demoor, Kabid Pengawasan Sumber Daya Perikanan dan Perizinan Usaha Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur, NTT, Senin (18/5/2020).

Dus sapaannya mengatakan, baby tuna berada di urutan kedua produksi terbanyak dimana tahun 2017 jumlahnya mencapai 349,3 ton dan tahun 2018 sebanyak 245,3 ton.

Sementara itu tuna (gelondongan, loin dan tetelan) sebut dia, tahun 2017 jumlahnya 253,4 ton naik menjadi 415,5 ton pada tahun 2018, Sedangkan tahun 2019 sambungnya, total produksi yang antar-pulau sebesar 5.013, 6 ton.

“Saat musim penangkapan tuna dan cakalang sejak bulan Maret, saat merebaknya pandemi Corona banyak kapal Huhate tidak melaut. Dari 3 perusahaan penampung, hanya satu yang masih menerima ikan tuna dan cakalang,” sebutnya.

Perusahaan ikan ini kata Dus, telah menandatangani kontrak dengan perusahaan ikan di Bali sehingga tetap menerima penjualan ikan dari nelayan plasma milik mereka saja, tidak semua nelayan.

Hal ini sebutnya, membuat kapal Huhate milik nelayan lainnya tidak beroperasi. Tidak bisa menjual ke perusahaan tersebut, karena menjadi plasma di perusahaan ikan lain.

Lihat juga...