Harga Anjlok, Petani di Lamsel tak Surut Budidaya Cabai

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Komoditas cabai merah (Capsicum Anuum L.) masih jadi bahan bumbu favorit masyarakat Indonesia. Namun dalam dua bulan terakhir harga komoditas tersebut sedang mengalami penurunan harga.

Meski harga anjlok petani di Lampung Selatan (Lamsel) masih tetap menanam komoditas tersebut. Sebab meski harga murah komoditas cabai tetap jadi salah satu kebutuhan pokok warga.

Atin, petani di Desa Pasuruan,Kecamatan Penengahan menyebut sudah sekitar sepuluh tahun menanam cabai. Pemilik sepuluh hektare lahan cabai merah tersebut memanfaatkan lahan sendiri,sebagian sewa. Rata rata luas lahan memcapai dua hektare dengan pola penanaman tumpang sari. Mendekati bulan Ramadan ia memilih melakukan tumpang sari tanaman cabai dengan melon (Cucumis melo) dan tomat (Solanum lycopersicum).

Atin mengaku tidak kapok meski harga cabai di pasaran sedang anjlok. Sebab pada kondisi normal di sejumlah pasar tradisional cabai merah mencapai Rp55.000 per kilogram. Sejak dua bulan terakhir harga cabai merah maksimal hanya berkisar Rp20.000 per kilogram. Pada level petani harga cabai merah hanya bisa mencapai Rp9.000 hingga Rp11.000 sesuai kualitas cabai yang dipanen.

“Penurunan permintaan cabai merah sebagai bahan bumbu erat kaitannya dengan pandemi corona berimbas sejumlah warung makan,restoran sementara tutup padahal stok cabai pada petani melimpah jadi mengikuti hukum ekonomi,” terang Atin saat ditemui pada kebun miliknya, Senin (4/5/2020).

Atin menambahkan pada lahan di Desa Pasuruan ia menanam sekitar 9000 batang, di Desa Sukaraja sekitar 5000 batang dan di desa lain sekitar 4000 batang. Sistem penanaman dilakukan secara berkala menyesuaikan waktu tepat saat permintaan meningkat. Sebelum ramadan ia bahkan telah menanam cabai merah sehingga mulai bisa dipanen secara bertahap.

Lihat juga...