KLHK Membuat Sabun-Hand Sanitizer dari Bahan Gaharu

Editor: Makmun Hidayat

Asep juga mengakui, penambahan minyak gaharu cukup berpengaruh terhadap biaya produksi hand soap. Minyak gaharu menempati komponen biaya produksi yang paling tinggi dibandingkan bahan lainnya.

Untuk komposisi 0,025% minyak gaharu diperlukan biaya produksi sekitar 40 ribu rupiah per liter. Sementara tanpa penambahan minyak gaharu hanya dibutuhkan biaya produksi sekitar 3 ribu rupiah per liter. Harga produksi tersebut diluar biaya kemasan dan operasional lainnya.

Sementara itu, pengembangan hand sanitizer berbahan dasar gaharu (HaRus) juga diharapkan dapat mendukung ketersediaan sanitizer yang dibutuhkan. Proses pembuatannya pun cukup mudah, selama tersedia bahan baku. Setidaknya, saat ini P3 telah memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan kantor dan pegawai P3H.

“Pembuatan HaRus sama seperti sanitizer pada umumnya, yaitu menggunakan etanol 96%, gliserol 98%, hidrogen peroksida 3%, dan air steril. Hanya di sini ada penambahan minyak gaharu sebanyak 0,15 ml untuk produksi 1 liter,” jelasnya.

Setelah proses pencampuran dan pengadukan di dalam tabung Erlenmeyer, larutan kemudian dipindahkan ke dalam botol kaca bersih. Larutan kemudian disimpan selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi organisme dari wadah botol, dan hand sanitizer siap digunakan.

Asep mengatakan, selain HS gaharu, P3H juga memproduksi HS aloe vera, HS aloe vera dan gaharu, serta HS gaharu sediaan gel. Sebagai permulaan, total telah diproduksi 20 liter HS dari beberapa jenis tersebut, dan saat ini sedang dipersiapkan produksi tahap kedua sebanyak 20 liter.

Dia menambahkan, saat ini tim peneliti mikrobiologi hutan juga tengah mengembangkan sabun pencuci tangan (hand soap) berbahan baku gaharu. Kegiatan ini merupakan salah satu langkah P3H dalam mendukung penanggulangan Covid-19.

Lihat juga...