Lebaran

CERPEN EDY FIRMANSYAH

Aku curiga pacarku ingin membalas dendam padaku karena ketika pertama kali bertemu dengannya di tempat pemandian, aku mencemooh payudaranya yang menggelambir dan sempat menyarankan padanya untuk mengencangkan payudaranya lewat operasi plastik, sebab semua perempuan kini melakukannya secara diam-diam.

Aku mencemoohnya di depan banyak orang di kolam renang. Ia tentu saja marah. Dan sempat tak menemuiku. Sampai akhirnya ia menelponku dan memintaku bertemu dengan kenalannya itu. ”Karena hanya kamu satu-satunya teman perempuanku yang bisa menulis,” ujarnya merajuk.

Aku dan Ladrak bertemu pukul setengah lima sore di kafe itu. Beberapa pelayan tengah sibuk menyiapkan menu para pelanggan yang hendak buka bersama di kafe di hari penghabisan Ramadan.

Ketika Ladrak duduk di hadapanku, ia langsung mengeluarkan pistol dari balik jaketnya yang kebesaran dan meletakkannya di meja. Sebuah revolver. Cat besi di gagangnya terkelupas.

“Untuk jaga-jaga. Aku tak ingin mati dibunuh orang, aku juga tak ingin mati sebelum lebaran,” ujarnya.

Aku menarik napas lega meski mulanya was-was ia akan menembakku. Sambil mengunyah ketan spesial rasa ayam bekisar goreng ia bercerita pengalamannya bunuh diri yang entah mengapa selalu ingin ia lakukan tepat saat lebaran.

Apakah ia hendak menebus dosa-dosa masa silamnya dengan menghabisi nyawanya sendiri? Entahlah. Mungkin Lebaran lekat dengan bulan pengampunan.

Percobaan bunuh diri yang pertama ia lakukan dengan listrik. Tepat saat 1 syawal pukul 00.00, ia masuk ke bak mandi penuh air dan menjatuhkan kabel listrik ke air. Berharap terkena setrum dan mampus.

Tapi nyatanya tidak. Saat kabel listrik jatuh ke dalam bath up penuh air, mendadak PLN byar pet. Padam. Ia berteriak histeris. Sambil mengutuk tak habis-habis; PLN sialan! PLN sialan!

Lihat juga...