Pencari Rongsokan Sulit Peroleh Penghasilan

Editor: Makmun Hidayat

Semula bisa mendapat hasil sekitar Rp100.000 perhari Lukman menyebut hanya bisa mendapat Rp20.000 perhari. Sebagai cara untuk mengurangi pengeluaran harian saat sore ia berkumpul dengan pencaro rongsokan lain di seputaran tugu Gajah. Sebab selama masa puasa Ramadan kerap dilakukan kegiatan pembagian makanan berbuka puasa oleh para dermawan.

Iksan, salah satu pencari rongsokan menyebut semenjak pandemi Covid-19 lingkungan di kota Bandar Lampung lebih bersih. Sejumlah sampah yang kerap telah dibersihkan lebih dahulu oleh petugas kebersihan membuat pencari rongsokan tidak mendapat hasil. Iksan bahkan memilih mencari rongsokan di pasar Kangkung,pasar gudang Lelang,pasar tugu hingga pasar Bambu Kuning.

“Jangkauan tempat mencari rongsok lebih luas saat ini karena dengan membawa gerobak sulit mencari sampah untuk dijual,” terangnya.

Lingkungan yang bersih disebutnya juga terjadi di sejumlah perumahan. Sebab aktivitas warga yang dominan berada di rumah membuat warga jarang membuang sampah. Semakin sedikit jumlah sampah yang diperoleh ia menyebut penghasilan menurun. Beruntung dalam masa puasa ramadan sejumlah relawan, dermawan memberinya bantuan kebutuhan pokok.

Lokasi penerima rongsokan bernilai jual di Jalan Ikan Kakap, Teluk Betung menurutnya hanya buka sepekan sekali. Sejumlah pengepul besar di Jakarta yang menerima barang rongsokan untuk didaur ulang memberi dampak penghasilnnya menurun. Ia dan sejumlah pencari rongsok kerap terpaksa menjual  botol plastik,kertas dengan harga murah.

Ayun, pengepul sampah menyebut ia memilih sementara mengurangi pembelian dari pengepul rongsokan. Sebab meski ia menerima dari pengepul barang yang akan didaur ulang belum bisa dikirim ke pabrik. Imbas pandemi Corona sejumlah pengepul besar menurutnya serentak menurunkan harga pembelian. Jenis sampah plastik daur ulang semula dibeli Rp2.000 kini hanya Rp1.200. Botol kaca semula Rp800 dibeli Rp500, kertas semula Rp500 jadi Rp200.

Lihat juga...