Pendidikan Dasar Keberhasilan Anak Bangsa
OLEH EMILIANUS ESEK SOGE
Ada anak yang ke sekolah dengan berjalan kaki. Mereka pergi ke sekolah jalan kaki dan menempuh perjalanan dengan jarak yang sangat jauh (5-10 kilometer). Ada juga faktor keuangan yang menyebabkan masyarakat pedalaman tidak berminat untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi. Artinya lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Mungkin banyak lagi faktor yang saya tidak ketahui. Hal ini bisa dilihat dari kucuran anggaran dana daerah untuk program beasiswa sangatlah sedikit, sehingga masyarakat yang berprestasi tetapi kurang mampu akhirnya terputus sekolahnya.
Ada pun masalah lain yaitu pemerintah daerah sendiri kurang respon dengan hal ini. Kurang respon terhadap anak sekolah yang nota bene orang tua mereka tidak memenuhi hal finansial dan lain-lain. Jangankan itu, pemerintah bahkan tidak respon dengan keadaan fisik sekolah yang rusak dan tenaga pendidik (bapak/ibu guru) sebagai obor yang menerangi kegelapan.
Setidaknya memberikan upah yang layak bagi mereka agar mereka semangat untuk tetap setia membimbing walaupun dalam suasana pandemi virus Corona ini.
Kejadian ini pun selalu terulang dari waktu ke waktu, sehingga perkembangan pendidikan di daerah sangatlah lambat dan memprihatinkan. Situasi ini disalahartikan oleh masyarakat daerah, mereka menyimpulkan bersekolah itu tidak ada gunanya, tidak akan dapat mengubah nasib, yang ada tamat SMA akan kerja juga di hutan mencari makan dari hasil hutan.
Maka dari itu hanya sedikit orang tua yang mau dan peduli dengan pendidikan anaknya. Banyak dari mereka malah memotivasi anaknya untuk ikut bekerja di hutan mencari uang.
Oleh karena itu aktivitas mendidik adalah kegiatan kreatif untuk membimbing anak pada tujuan pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan merupakan turunan atau penjabaran dari tujuan hidup orang dewasa. Maka pendidikan tidak bisa dipahami terpisah dari hakikat kehidupan manusia.