Penunggang Angin Populisme

Catatan Ringan Akhir Pekan T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Karena terlalu banyak hal  yang tidak saya pahami lagi , saya memutuskan untuk bertemu pakar. Tujuan utama  untuk bertanya kenapa sepupu dan teman-teman saya itu tiba-tiba berputar 180 derajat. Sementara saya masih terbengong-bengong di warung kopi reot di pinggir jalan menuju Tangse. Sebelumnya memang saya sempat berkonsultasi dengan istri saya secara khusus. Setelah berpikir nyaris keluar asap dari kepalanya, ia pun menganjurkan saya agar mengikuti saja tabiat teman-teman saya  yang  hijrah tersebut. “Kamu,” saran istri saya, “perlu juga unjuk kesalehan di muka umum.”

Misalnya,  jika orang orang lain menyerukan gerakan salat subuh bersama, saya dimintanya untuk menyerukan gerakan salat dzuhur bersama. “Carilah kain yang agak panjang, kalau perlu sepanjang kain kafan untuk dililitkan di kapala sebagai sorban” lanjut istri saya yang masih mengenakan seragam ibu-ibu pengajian itu, “karena makin besar sorbannya, makin senang aku.”

” Juga jangan lupa kamu mengenakan baju gamis bordiran warna-warni agar kamu lebih disenangi bidadari,” usul istri saya, dengan penuh gairah karena ia ingin sekali suaminya masuk surga. Tapi ia tidak mempertimbangkan sama sekali bentuk tubuh saya yang pendek dan gemuk.  Kalau saya pakai baju gamis plus sorban, dikira orang nanti saya ini bantal guling yang bisa menari. Maka saya buang jauh-jauh semua usul istri ini  karena  sungguh-sungguh tidak bermutu.

Itulah alasannya, saya perlu cari pakar terkenal, yang bisa membuat persoalan jadi jelas dan terang. Pakar itu mengeja pelan-pelan  agar saya paham. Menurutnya, itulah yang disebut populisme.   Populisme itu, tegas sang pakar sekali lagi setelah melihat mata saya agak berputar-putar, bukan sejenis umbi rambat, tapi suatu kecenderungan politik yang memperhadapkan rakyat banyak dengan elit. Jika rakyat banyak itu harus dipersepsikan putih bersih laksana kertas tanpa noda, maka elit itu sejenis makhluk hasil perkawinan silang antara spesies biawak dan belatung, saking joroknya. Kerjanya  cuma mencuri uang negara dan menindas rakyat.

Lihat juga...