Representasi Pleiades dalam Tarian Sakral Bedhaya Ketawang

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Keterkaitan astronomi pada tanah Jawa, salah satunya dapat dilihat pada interpretasi gugus bintang Pleiades pada tarian Bedhaya Ketawang, yang merupakan salah satu tarian sakral di Keraton Solo.

Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta, Widya Sawitar, memaparkan, bahwa benda langit, baik itu bintang, komet maupun bulan  memiliki arti penting dalam budaya masyarakat. Bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia.

Astronom POJ, Widya Sawitar, saat Webinar Budaya Astronomi, Minggu (10/5/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Salah satunya adalah Pleiades. Dalam budaya Jawa, ini dikenal dengan nama Lintang Kartika atau Bintang Tujuh Putri,” kata Widya, saat webinar Budaya Astronomi yang diselenggarakan oleh POJ, Minggu (10/5/2020).

Diceritakan, bahwa jumlah penari dalam tarian yang diciptakan oleh Raja Pertama Kesultanan Mataram Panembahan Senopati tersebut, mengikuti jumlah bintang Pleiades.

“Jumlah penari antara 6 dan 8 atau 7 dan 9 ini dikaitkan masyarakat dengan kehadiran tokoh Ratu Kidul dalam tarian yang dipercaya sebagai tarian langit dan memiliki nilai sakral ini. Tarian ini dipercaya sebagai bentuk pernyataan kasih dari Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senopati,” ujarnya.

Dan, lanjutnya, konfigurasi dari tarian ini juga mengikuti dengan konfigurasi asterism Pleiades.

“Dengan jumlah penari 7-9 itu, maka tidak akan sulit untuk melihat hubungannya dengan bintang Pleiades yang memiliki tujuh bintang yang merepresentasikan tujuh putri Atlas dalam tatanan Pleiades. Dan berjumlah sembilan, jika ditambahkan dengan bintang Atlas dan Pleione,” papar Widya lebih lanjut.

Lihat juga...