Sopir Angkot di Banjarmasin Mengaku Usahanya Sudah Sekarat
BANJARMASIN – Para sopir Angkutan Kota (Angkot) kuning di Kota Banjarmasin mengaku, saat ini kondisi usaha yang dijalani dalam keadaan sekarat.
Wakil Ketua Serikat Pekerja Transport Indonesia (SPTI) Kota Banjarmasin, Muhammad Gusti Hadi mengatakan, kegiatan transportasi umum angkot sudah mulai terpinggirkan. Ada tiga gelombang kejadian yang berdampak terpinggirkannya angkot.
Yang pertama adalah masuknya taksi online atau daring. Kemudian gelombang kedua adalah, kebijakan pemerintah mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) dan bus trans Banjarmasin. “Bahkan bus trans Banjarmasin itu gratis,” ujar Gusti di Banjarmasin, Kamis (30/4/2020).
Yang semakin menyesengsarakan usaha angkot adalah gelombang ketiga, wabah virus Corona atau COVID-19. “Jadi makin memperihatinkan untuk bertahan hidup,” papar Gusti Hadi.
Sebelum adanya wabah Corona, pengemudi angkot sudah merasa khawatir dengan penghasilan mereka. “Sebelumnya ada virus Corona, kita paling dapat Rp20 ribu bahkan hanya Rp10 ribu sehari beroperasi, setelah wabah Corona ini, tidak ada penghasilan lagi,” keluhnya.
Hal itu dikarenakan, masyarakat saat ini memilih berada di rumah saja. “Kita beroperasi, tapi tidak dapat penumpang,” tutur lelaki yang mengaku sudah menjadi sopir angkot selama 20 tahun terakhir.
Gusti Hadi menyebut, kondisi saat ini menjadi situasi terparah bagi ekonomi supir angkot, bahkan bisa dikatakannya sudah dalam kondisi sekarat. Padahal, untuk terhindar dari kepunahan tersebut, para sopir sudah sepakat dengan rencana peremajaan armada. “Tapi dengan adanya bus trans Banjarmasin dan BRT, yang akhirnya mengambil keuntungan dari kami, hingga kami tidak bisa apa-apa lagi,” ujarnya.