Abrasi di Kawasan Pantura Flores Makin Parah

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Abrasi yang melanda Pantai Utara Flores setiap tahunnya membuat ruas jalan pantura yang menghubungkan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, di wilayah timur dengan Kabupaten Ende dan Nagekeo di wilayah barat hampir putus.

Abrasi terjadi akibat angin kencang yang membuat gelombang tinggi menerjang tembok pembatas jalan hingga roboh, sehingga air laut menggerus badan jalan hampir setengah bagian.

“Dahulu di pesisir Pantura Flores seperti di Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka selalu rimbun oleh tanaman bakau, sehingga jarang terjadi abrasi,” sebut mantan ketua WALHI NTT, Carous Winfridus Keupung, Rabu (24/6/2020).

Mantan Direktur WALHI NTT, Carolus Winfridus Keupung, saat ditemui di kantornya, Rabu (24/6/2020). -Foto: Ebed de Rosary

Wim, sapaannya, menyebut sejak adanya penebangan bakau membuat wilayah pantura kian tergerus abrasi. Kerusakan paling parah terjadi sejak Desa Kolisia hingga Reroroja di Kecamatan Magepanda, di mana jalan trans utara Flores banyak yang rusak.

Abrasi juga melanda hingga ke wilayah kabupaten Ende dan Nagekeo di wilayah pesisir. Selain mangrove, ungkapnya, pohon waru yang biasa tumbuh di pesisir pantai juga bisa untuk mencegah abarasi, namun banyak yang sudah ditebang.

“Harus ada kegiatan besar-besaran menanam mangrove agar wilayah pesisir pantai bisa aman dari abarasi. Kalau membangun turap atau tembok pengaman, suatu saat juga jebol akibat terjangan ombak,” sarannya.

Wim mengaku, langkah antisipasi jangka panjang ini penting dilakukan seperti yang dilakukan almarhum Baba Akong, yang menanam mangrove di pesisir pantai Ndete di Desa Magepanda.

Lihat juga...