Masih pada tahun 1998. Pada saat itu bapak sudah memutuskan untuk berhenti menjadi Presiden RI, setelah adanya desakan sebagian masyarakat dan mahasiswa. Lalu mulai muncullah hujatan, cacian, makian, dan beragam tuduhan ditujukan pada bapak dan keluarga. Berat rasanya bagi saya dan adik-adik menerima semua tekanan ini. Walau bapak selalu mengingatkan agar kami sabar dan jangan dendam.
Pada saat itu keadaan sangat mencekam. Begitu banyak orang turun ke jalan (ukuran kala itu) untuk melakukan demo. Situasi tidak terkontrol lagi. Penjarahan di mana-mana. Berhari-hari hal ini berlangsung.
Karena begitu rusuhnya situasi pada saat itu, untuk keselamatan bapak, bapak diminta oleh sejumlah pihak meninggalkan kediaman Cendana, mengungsi. Bahkan ada beberapa presiden menawarkan bapak untuk datang ke negaranya dan beliau-beliau siap melindungi bapak.
“Saya tidak akan pergi ke mana-mana. Ini rumah saya. Saya akan tetap disini. Sampaiken terima kasih saya pada sahabat-sahabat saya dari negara-begara lain. Tapi maaf, saya tidak akan meninggalken Indonesia. Saya lahir di Indonesia. Seandainya saya harus mati, saya akan mati di Indonesia, negeri dimana saya dilahirken.” Mendengar jawaban bapak, rasa bangga dan haru, tak dapat dibendung. Bapakku seorang negarawan dan ksatria. Tidak akan “tinggal glanggang colong playu” (lari dari masalah atau lari meninggalkan tanggung jawab).
Ketika ditanyakan, apakah bapak tidak takut menghadapi situasi sedemikian brutalnya kala itu?
“Kenapa saya harus takut? Saya tidak bersalah. Saya sudah melakuken tugas saya dengan sebaik kemampuan yang saya punya. Saya meyakini, bahwa yang turun ke jalan, hanya terhasut oleh kelompok yang menginginken Indonesia hancur. Semoga Allah mengampuni mereka, dan segera menyadarken mereka, karena masyarakat kecil yang akhirnya akan lebih menderita. Kami hanya berlindung pada Allah Yang Maha Agung.”
Itulah jawaban bapak. Bangganya hati ini, mendengar jawaban bapak. Alhamdulillah. Itulah prinsip bapak, dalam menghadapi situasi banyak tekanan opini yang kurang menguntungkan itu.