Bung Karno & Pak Harto (Bagian 3)
OLEH NOOR JOHAN NUH
Pemberontakan G30S/PKI
Hari Jumat, 1 Oktober 1965, warta berita RRI yang seharusnya disiarkan pada pukul 07.00, hampir setengah jam berlalu belum juga mengudara. Baru pukul 07.30 warta berita RRI dimulai — mengumumkan tentang adanya satu aksi yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
RRI yang sudah dikuasai oleh pemberontak Gerakan 30 September mengumumkan bahwa hari itu telah terjadi gerakan militer menangkap sejumlah jenderal-jenderal Angkatan Darat.
Gerakan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang kemudian mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi Indonesia, dan mendemisioner Kabinet Dwikora yang dipimpin Presiden Soekarno. Siang hari diumumkan anggota Dewan Revolusi Indonesia dan penurunan pangkat menjadi yang tertinggi adalah Letnan Kolonel.
Berita di RRI yang menggemparkan itu juga disimak oleh Mayor Jenderal Soeharto bersama staf di markas Kostrad.
Pak Harto mengenal Letnan Kolonel Untung, dia anak didik tokoh PKI Alimin. Mendengar pengumuman RRI, Pak Harto menyimpulkan bahwa Gerakan 30 September adalah kudeta yang didalangi PKI. Pendapat ini didukung oleh Kolonel Yoga Sugama, Asisten Intelijen Kostrad.
Mengetahui jenderal-jenderal Angkatan Darat diculik termasuk Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal A Yani, Pak Harto memutuskan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, hal ini sesuai dengan standing order, jika Pak Yani berhalangan, Pak Harto yang menggantikan.
Tidak Mengizinkan 2 Jenderal ke Halim
Mengetahui Pak Harto telah mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, jenderal-jenderal Angkatan Darat yang tersisa berkumpul di markas Kostrad.
Siang hari, ajudan presiden Kolonel KKO Bambang Wijanarko datang ke markas Kostrad menyampaikan perintah dari presiden yaitu memanggil Asisten III KSAD Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro dan Panglima Kodam V Jaya Mayor Jenderal Umar Wirahadikusuma untuk menemui presiden yang sedang berada di Halim Perdana Kusuma.