Dampak Corona, Usaha Penjualan Lilin Tradisional di Larantuka Merugi

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

MAUMERE — Dampak merebaknya pandemi Corona membuat pembatasan ritual Semana Santa yang berbuntut pada tidak terlaksananya prosesi Jumat Agung dan perayaan Paskah secara meriah, yang saban tahun selalu dilaksanakan umat Katolik di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pembuat lilin tradisional untuk prosesi atau perarakan saat Paskah dan Corupus Christi di bulan Juni, Katharina D. Fernanedez saat ditanyai, Selasa (2/6/2020). Foto : Ebed de Rosary

Berkah membanjirnya umat Katolik dari berbagai wilayah yang datang ke Kota Larantuka untuk mengikuti prosesi dan ritual Semana Santa membuat para pengrajin dan penjual lilin tradisional meraup untung setahun sekali yang lumayan.

“Tahun ini penjualan lilin hampir tidak ada karena prosesi Jumat Agung dibatalkan. Selain itu ritual lainnya juga batal sehingga lilin yang kami buat sendiri tidak laku terjual,” ungkap Katarina D. Fernandez, Selasa (2/6/2020).

Rina sapaannya mengatakan, pihaknya pun tidak menerima pesanan dari warga yang bertugas menanggung pemasangan lilin di pagar (Turo) di sepanjang jalan di Kota Larantuka saat prosesi atau perarakan Jumat Agung keliling kota.

Biasanya kata dia, sehabis prosesi pihaknya akan membuat lilin tradisional lagi untuk dipergunakan tahun depan dari para warga yang mendapat tugas menanggung pemasangan lilin tersebut dimana satu orang biasanya memesan hingga Rp10 juta.

“Biasanya satu desa ada 4 orang yang bertugas menyediakan lilin yang dipasang di pagar atau Turo di kedua sisi jalan sebagai penerangan saat prosesi Jumat Agung keliling Kota Larantuka. Tapi dengan batalnya acara maka petugas tahun 2019 pasti akan menjadi petugas yang menanggung pemasangan lilin di tahun 2020,” ujarnya.

Lihat juga...