Hilangnya Budaya Membaca Buku Karena Perubahan Gaya Hidup

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

BOGOR – Hilangnya minat membaca buku pada anak, lebih banyak disebabkan oleh tidak adanya akses untuk melakukan kegiatan membaca buku. Ekosistem yang terbentuk karena perkembangan teknologi, tidak menyisakan rekam jejak pada otak mereka, tentang indahnya membaca buku. Hadirnya Taman Bacaan Masyarakat, diharapkan mampu mengembalikan ekosistem yang sudah mulai menghilang ini.

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka, Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Syarif Yunus, menyatakan, era digital mengubah anak-anak lebih gandrung pada gawai dibandingkan membaca buku.

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka, Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Syarif Yunus, saat dihubungi, Selasa (30/6/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Drakor (drama korea) berhasil merasuk ke anak-anak Indonesia. Bahkan tidak sedikit anak-anak Indonesia yang lebih senang disuguhi aksi heroisme kesatria baja hitam daripada satria madangkara. Anak-anak yang kini berubah menjadi lebih individualis daripada bersosial. Globalisasi dan era revolusi industri akhirnya mengubah anak-anak dari mentalitas simpatik menjadi antipatif. Bisa jadi ke depan, apa yang dialami anak-anak Indonesia akan berubah menjadi beban peradaban akibat dinamika kehidupan,” kata Syarif saat dihubungi, Selasa (30/6/2020).

Ia menyatakan anak-anak Indonesia tergilas oleh zaman akibat hilangnya tradisi membaca buku. Bahkan tempat membaca seperti taman bacaan atau rumah baca semakin terhimpit eksistensinya.

“Tradisi membaca, bisa jadi kian langka. Akibat tidak adanya akses terhadap buku bacaan untuk anak-anak Indonesia. Sehingga jadi sebab perginya minat baca anak-anak. Panorama anak-anak yang sedang membaca buku kian langka, kian sulit ditemui di tempat-tempat umum,” paparnya.

Lihat juga...