Keuntungan Sistem Cangkok dan Stek pada Budidaya Anggur
Editor: Makmun Hidayat
YOGYAKARTA — Selama ini anggur memang menjadi salah satu tanaman buah favorit yang banyak disukai masyarakat dari berbagai kalangan. Selain buahnya yang dapat dikonsumsi, anggur juga bisa menjadi tanaman peneduh sekaligus hiasan rumah yang cantik bila dipandang.
Meski begitu sayangnya, bibit anggur hingga saat ini masih memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran. Terlebih untuk jenis anggur impor yang memiliki buah besar dan manis. Yakni hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Hal itu tak lepas karena proses budidaya atau pembibitan pohon anggur yang tidak mudah.
Proses perbanyakan atau budidaya anggur sendiri selama ini biasa dilakukan dengan sistem sambung, stek serta cangkok. Ketiganya memiliki kekurangan serta kelebihan masing-masing.
Menurut Tono, salah seorang pembudidaya anggur jenis Ninel asal Ukraina di Kampung Anggur, Plumbungan, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, cara paling mudah untuk membudidayakan anggur adalah dengan sistem sambung. Yakni menyambungkan anggur lokal serta impor.
“Sebenarnya paling enak itu pakai sistem sambung. Untuk batang akar bisa memakai anggur lokal yang mudah hidup. Lalu disambung dengan batang anggur impor seperti jenis Ninel ini. Tapi kelemahannya, buah yang dihasilkan tidak semanis anggur Ninel asli,” katanya Kamis (25/06/2020).
Cara yang kedua adalah sistem cangkok. Cara ini juga tergolong mudah karena memiliki prosentase keberhasilan mencapai 80 persen. Tekniknya pun sama dengan teknik mencangkok tanaman pada umumnya. Namun kekurangannya adalah tanaman induk beresiko mati akibat kekurangan nutrisi.