Konsumsi Tembakau Tinggi Berpotensi Gagalkan Target Generasi Emas
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Tujuan Indonesia untuk menciptakan generasi emas pada tahun 2050 berpotensi gagal, jika penetrasi industri rokok pada generasi muda tidak dapat diantisipasi. Butuh kerja sama semua pihak, untuk memastikan agar paparan tembakau tidak mencapai anak dan remaja Indonesia.
Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, Aryana Satrya, menyatakan, industri rokok sangat pintar, karena menyasar generasi muda sebagai pengganti generasi tua sebagai target pasar.
“Padahal jika generasi muda ini merokok, maka tujuan Indonesia untuk mencapai generasi emas tidak akan tercapai,” kata Aryana dalam webinar zoom, Kamis (11/6/2020).
Karena, lanjutnya, tindakan merokok terbukti mempengaruhi kesehatan seseorang dan juga sekaligus mempertinggi tingkat kemiskinan masyarakat.
“Untuk mengatasi hal ini, perlu kerja sama semua pihak. Sehingga kita mampu untuk mengatasi strategi yang dijalankan oleh industri rokok,” ucapnya.
Peneliti PKJS UI, Ni Made Shellasih, menyatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan terlihat prevalensi konsumsi tembakau, baik kunyah maupun hisap di Indonesia, masih tinggi.
“Tercatat untuk laki-laki, pada tahun 1995 ada 53,4 persen, 2010 ada 65,8 persen dan 2018 ada 62,9 persen. Sementara untuk perempuan, pada tahun 1995 tercatat 1,7 persen, meningkat menjadi 4,1 persen di tahun 2010 dan meningkat lagi pada tahun 2018 menjadi 4,8 persen,” paparnya.
Dan dari hasil survei pada 5.125 siswa dalam rentang umur 13-15 tahun pada 2019 menunjukkan 40,6 persen siswa pernah mengkonsumsi tembakau dan/atau tanpa asap.