Korelasi Iklim dan Cuaca dengan Covid-19 Belum Pasti

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Korelasi antara iklim dan cuaca dengan Covid-19, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum bisa dinyatakan secara pasti. Karena banyak faktor ketidakpastian (uncertainty) yang muncul dalam proses penelitian. 

Peneliti Perubahan Iklim BMKG, Supari, Ph.D., menyatakan parameter yang paling berkaitan dengan penyebaran Covid-19 adalah temperatur dan kelembaban.

“Tapi untuk dinyatakan korelasinya, masih membutuhkan kajian atas data fluktuasi kasus Covid-19 yang terkonfirmasi secara harian,” kata Supari, saat dihubungi, Senin (15/6/2020).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh BMKG, Supari mengungkapkan ada enam kota yang dipilih berdasarkan jumlah kasus dan posisi wilayah pada rentang Maret hingga April 2020.

Peneliti Perubahan Iklim BMKG, Supari, P.hD., saat dihubungi, Senin (15/6/2020). -Foto: Ranny Supusepa

“Enam kota itu adalah Makassar, Denpasar, Medan, Jakarta, Bogor dan Surabaya. Pemilihan ini didasarkan pada perbedaan suhu dan tingkat kelembaban juga. Sehingga bisa dibandingkan korelasi temperatur dan kelembaban dengan meningkatnya kasus terkonfirmasi,” ujarnya.

Metode yang digunakan, lanjutnya, adalah menggabungkan data iklim dan NCEP/NCAR Re-analysis, untuk melakukan uji korelasi dan analisis regresi, analisis distribusi data dan perhitungan absolute humidity dan relevance humidity.

“Dari hasil penganalisaan, terlihat korelasi positif dari temperatur, yang teranalisa dari suhu pada lima hari sebelum Covid-19 terkonfirmasi. Dan, terlihat peningkatan suhu yang meningkat ekuivalen dengan peningkatan jumlah kasus. Serta, 90 persen kasus Covid-19 terlihat pada interval suhu dan kelembaban tertentu,” paparnya.

Lihat juga...