Penjualan Hasil Perkebunan di Bandar Lampung Masih Sepi

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Sejumlah pedagang hasil perkebunan seperti pisang, ubi jalar dan ketela atau singkong di Bandar Lampung, mengaku masih mengalami penurunan penjualan. Hal demikian disebabkan oleh menurunnya jumlah permintaan dari pelaku usaha kecil yang menggunakan berbagai hasil perkebunan itu sebagai bahan baku pembuatan makanan lokal untuk produk oleh-oleh.

Hasan, pedagang kebutuhan buah di pasar Bambu Kuning, Tanjung Karang, menyebut pasokan pisang, ubi jalar, dan singkong dari petani masih stabil. Pasokan berasal dari wilayah kabupaten Lampung Selatan dan Tanggamus. Namun, jumlah permintaan dari para pelaku UMKM mengalami penurunan.

Salah toko oleh-oleh di gang PU, Kedaton, Bandar Lampung, Jumat (26/6/2020). -Foto: Henk Widi

Para pelaku UMKM yang terdampak tidak langsung Corona atau Covid-19, memilih melakukan penghentian produksi. Sebab, laju penjualan produk oleh-oleh selama masa pandemi Covid-19, stagnan. Sebagian hasil pertanian digunakan untuk kebutuhan sektor usaha lain yang tetap beroperasi. Usaha gorengan, kue tradisional dan kebutuhan konsumsi keluarga membutuhkan hasil pertanian yang dijualnya.

Pada kondisi normal, Hasan bisa melayani permintaan singkong, pisang, ubi jalar hingga satu ton per bulan. Permintaan tersebut menurutnya dipenuhi untuk pembuatan keripik dan kuliner untuk oleh-oleh. Produsen oleh-oleh di Jalan Yos Sudarso,Teluk Betung dan Jalan Pagar Alam gang PU menjadi pelanggan tetap.

“Rantai pasok bahan baku dari petani cukup lancar, namun karena pada level pedagang penjualan stagnan, sementara bahan baku dialihkan ke konsumen lain. Hingga masa adaptasi new normal, belum ada peningkatan penjualan,” terang Hasan, saat ditemui Cendana News, Jumat (26/6/2020).

Lihat juga...