Penjualan Hasil Perkebunan di Bandar Lampung Masih Sepi
Editor: Koko Triarko
Namun, Hasan mengaku masih tetap memasok produsen kuliner untuk oleh-oleh di lokasi strategis. Sejumlah toko skala kecil penjualan oleh-oleh memilih tutup sejak tiga bulan silam. Pusat penjualan oleh-oleh biasa menambah stok menjelang Idulfitri. Namun, aktivitas mudik yang dilarang ikut berpengaruh pada permintaan bahan baku.
Rohanah, salah satu produsen kerupuk kemplang ikan, menyebut penjualan secara offline, menurun. Namun dengan metode penjualan online, ia masih bisa mendapat permintaan. Meski tidak seramai tahun sebelumnya, suplai kerupuk kemplang tetap dikirim ke sejumlah toko oleh-oleh.
“Kerja sama dengan toko oleh-oleh yang kreatif melakukan strategi marketing online membuat produksi berjalan normal,” papar Rohanah.
Rohanah menyebut, pasokan kebutuhan tepung tapioka, tepung ikan, masih stabil. Namun karena permintaan menurun, ia mmengurangi jumlah produksi. Normalnya, dalam sepekan lima belas bal kerupuk kemplang bisa diproduksi. Namun sejak Covid-19 ia hanya memproduksi dua bal. Omzet semula lebih dari Rp7 juta, anjlok hanya Rp2 juta per pekan.
Yanti, pemilik toko Keripik Lampung yang berjualan di Jalan Pagar Alam, gang PU, Kedaton, Bandar Lampung, juga mengaku omzet menurun drastis. Menjual ratusan jenis makanan tradisional sebagai oleh-oleh, ia melakukan penghentian pasokan dari produsen. Sebab, konsumen yang datang ke tokonya berkurang sejak tiga bulan silam.
Yanti menyebut, normalnya dalam sebulan ia bisa mendapat omzet hingga Rp150 juta. Namun saat Covid-19, ia mencatat omzet hanya berkisar Rp10 juta per bulan. Pada kondisi normal, ia mengandalkan koneksi dari biro perjalanan wisata di Lampung. Wisatawan yang mengunjungi objek wisata di Lampung kerap mampir untuk membeli oleh-oleh.