Presiden Soeharto (5): Penerangan Lilin untuk Resepsi Pernikahan
Perkawinan Soeharto dan Hartinah kemudian dilangsungkan pada tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Pada waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah dua tahun lebih muda. Pada saat pernikahan itu, dari tempat tugasnya di Yogya, Soeharto naik kendaraan dinas tua menuju Solo. Soeharto mengenakan pakaian penganten, serapi-rapinya untuk waktu yang tidak tenang itu karena dalam suasana perang. Sebagaimana adat Jawa, sebilah keris terselip di punggung. Soeharto mengakui betapa ribetnnya berkendara dengan situasi seperti itu.
Perkawinan Soeharto-Hartinah dilangsungkan pada sore hari dengan disaksikan oleh keluarga dan teman-teman Hartinah. Tamu banyak yang hadir. Keluarga Pak Soemoharjomo cukup terpandang dan disegani di kota Solo. Dari pihak Soeharto hadir Sulardi dan kakaknya. Sayang sekali peristiwa pernikahan pasangan yangkelak menjadi Presisden dan Ibu Negara ini tidak ada yang mengabadikannya dengan potret. Maklumlah, keadaan serba darurat. Malam harinya diadakan selamatan, tetapi cuma bisa dengan memasang beberapa buah lilin. Kota Solo waktu itu harus digelapkan di waktu malam, mencegah terjadinya bahaya besar jika Belanda melakukan serangan udara lagi.
Tiga hari sesudah perkawinan, Soeharto memboyong istrinya ke Yogya. Soeharto harus kembali menjalankan tugas militer. Hartinahpun kini mulai dengan tugasnya sebagai istri Komandan Resimen. Hal baru bagi Hartinah. Sebelumnya Hartinah aktif dalam Palang Merah, dekat dengan barisan-barisan pejuang kemerdekaan.
Perkawinan Soeharto-Hartinah tidak didahului dengan cinta-cintaan seperti yang dialami oleh anak muda di tahun delapan puluhan sampai sekarang. Mereka berpegang pada pepatah “witing tresna jalaran saka kulina”, datangnya cinta karena bergaul dari dekat.