Rasi Scorpius dalam Pranata Mangsa Budaya Jawa

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Rasi Bintang Scorpius di Indonesia lebih dikenal dengan nama Lintang Klopo Doyong atau Lintang Banyak Angrem atau Lintang Kala Sungsang. Dan kehadirannya, termasuk dalam pranata mangsa  kebudayaan Jawa.

Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta, Widya Sawitar, menyebutkan rasi bintang Scorpius sekitar 5.000 tahun lalu digunakan sebagai patokan September Equinox, yaitu awal musim gugur di belahan utara.

Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta, Widya Sawitar, dalam salah satu webinar, Minggu (28/6/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Kalau dalam budaya Jawa, sering disebut sebagai Lintang Klopo Doyong, karena terlihat sebagai pohon kelapa yang miring. Ada juga yang menyebut sebagai Lintak Banyak Angrem karena seperti angsa yang sedang mengerami telur. Dan ada juga yang menyebut sebagai Lintang Kala Sungsang, karena terlihat sebagai kalajengking dengan posisi terbalik, kepala di bawah dan ekornya di atas,” kata Widya saat dihubungi, Minggu (28/6/2020).

Widya menyebutkan, yang menjadi patokan dari Rasi Bintang Scorpius adalah Antares, yang merupakan bintang paling terang.

“Rasi bintang ini diapit oleh Corona Australis, Norma, Centaurus, Libra, Ophiuchus dan Sagittarius. Di dalam rasi bintang ini ada gugus bintang terbuka dengan lingkaran, contohnya M6 dan M7 serta gugus bintang bola dengan lingkaran yang ada di titik tengahnya, seperti M4 dan M80,” ucapnya.

Dalam pranata mangsa, Rasi Bintang Scorpius ini menandakan mangsa kalima atau Manggala yang menandai datangnya hujan, daun muda tumbuh serta munculnya hama tikus dan ulat pohon jati.

Lihat juga...