Tren Baru Teknologi di Masa Normal Baru
“Yang milenial pasti sudah seratus persen barangkali mengalihkan kegiatan belanjanya menuju e-commerce, bahkan untuk ibu-ibu yang biasanya lebih senang mencari sendiri ke supermarket, sekarang lebih senang kalau bisa pesan lewat supermarket online dan langsung diantar ke rumah. Ini berarti logistik sudah jalan,” tutur Menristek Bambang.
Dengan kondisi tersebut, Menristek Bambang mendorong para pemuda dan milenial, terutama dari perguruan tinggi, untuk tidak hanya melihat startup dalam lingkup bisnis berbasis dalam jaringan (online) saja. Tetapi juga mulai melihat bidang-bidang lain yang sudah harus menerapkan teknologi terbaru.
Salah satunya adalah startup di bidang genom bernama Nusantics, yang didukung oleh Kementerian Riset dan Teknolohi/BRIN, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Nusantics berhasil merancang perangkat tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), untuk mendeteksi COVID-19, yang akan diproduksi massal oleh badan usaha milik negara PT Bio Farma.
“Startup itu tidak hanya untuk on demand, atau startup untuk e-commerce atau digital payment, tapi juga startup di bidang kesehatan bahkan ada startup di bidang vaksin dengan pendekatan teknologi yang baru, jadi dia tidak hanya sekadar membuat vaksin tapi mengembangkan metode baru dalam pengembangan vaksin,” jelas Bambang.
Menristek Bambang juga mendorong para startup untuk semakin banyak menciptakan aplikasi digital, di dalam sepuluh tren baru teknologi di normal baru. Hal itu dikarenakan, ke depan kontak langsung dengan orang lain akan berkurang.
“Yang kita butuhkan sekarang adalah aplikasi. Semakin banyak aplikasi yang bisa meminimalisasi kontak langsung, dan tentunya harus sesuai dengan peraturan perundangan. Intinya, bagaimana kita membuat aplikasi yang bisa meminimalisasi kontak langsung dalam berbagai hal, bagaimana yang sepuluh tadi bisa dijalankan secara sempurna atau secara mulus,” tutur Bambang.