Warga Lamsel Optimalkan Budidaya Kepiting Bakau
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Harga per ekor kepiting dari tangkapan nelayan di hutan bakau dibeli mulai harga Rp70.000 hingga Rp90.000.
Selanjutnya kepiting bakau sesuai ukuran akan dijual dengan harga mulai Rp120.000 hingga Rp180.000 dengan syarat ukuran di atas 200 gram. Kepiting hasil tangkapan yang belum memenuhi ukuran akan dibesarkan pada keramba apung.
“Pakan yang digunakan berupa ikan laut, udang dan juga daging ayam sehingga pertumbuhan akan cepat hingga ukuran siap dijual,” bebernya.
Suhaimi menyebut belajar otodidak dalam pembesaran kepiting bakau. Ia masih belajar untuk membudidayakan kepiting bakau dari ukuran kecil dalam skala besar.
Proses pembesaran kepiting secara alami akan terjaga dengan keberadaan hutan bakau di pesisir Timur yang lestari. Selain dari nelayan tangkap di Kalianda, Bakauheni, Ketapang, Sragi ia membeli kepiting dari Lampung Timur.
Pangsa pasar kepiting bakau menurut Suhaimi dominan untuk wilayah lokal. Rata-rata per pekan ia bisa memenuhi permintaan hingga 100 kilogram. Sebab sejumlah restoran olahan boga bahari (sea food) menggunakan kepiting untuk menu hidangan favorit.
Ia menyebut melakukan pengumpulan kepiting bakau ikut memberdayakan nelayan tangkap yang memakai alat tangkap ramah lingkungan.
“Nelayan tangkap memiliki kesadaran tinggi tidak menangkap kepiting ukuran kecil agar bisa lestari,” terangnya.
Pembesaran kepiting bakau dilakukan secara bertahap agar pasokan ke pelanggan bisa selalu dipenuhi. Puluhan keramba untuk pembesaran kepiting bakau sebagian jadi media untuk belajar.
Sebab secara alami kepiting bakau akan membuat lubang pada tanggul tambak. Kerap diburu karena menyebabkan tanggul tambak bocor ia menyebut kepiting bakau jadi peluang usaha sampingan nelayan tangkap dan budidaya.