Angka stunting di Sumut Masih Tinggi
MEDAN – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terus berupaya mengurangi angka penderita stunting (kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama), yang hingga 2019 masih sebesar 30,11 persen.
“Memang sudah ada penurunan dibanding posisi 2018 yang sebesar 32,4 persen.Tapi angka 30,11 persen itu masih tergolong tinggi,” ujar Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, di Medan, Rabu (22/7/2020).
Untuk menekan angka prevalensi stunting, Pemprov Sumut sudah melakukan banyak cara. Bahkan ada 15 kabupaten dan kota di Sumut yang dijadikan prioritas pencegahan stunting. Ke-15 daerah itu adalah,Medan, Deliserdang, Langkat, Simalungun, Dairi, Pakpak Bharat, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padanglawas, Padanglawas Utara, Nias, Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara, dan Gunung Sitoli.
Upaya pencegahan stunting disebutnya harus semakin diperkuat, karena juga sedang ada pandemi COVID-19 yang mengganggu membuat perekonomian. “Diharapkan semua pemangku kepentingan bisa bersinergi untuk bisa menekan angka stunting,” tandasnya.
Akademisi dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Makmur Sitepu mengatakan, pencegahan stunting diawali dari pra-kehamilan. Masa kehamilan merupakan proses membangun janin manusia, sehingga perlu perhatian sebelum kehamilan. “Untuk mencegah stunting harus dilakukan sejak sebelum kehamilan yakni dengan meningkatkan gizi calon ibu dan semakin dijaga atau ditingkatkan gizinya saat hamil,” pungkasnya. (Ant)