Nelayan Harus Terlatih dalam Penanganan Ikan Pelagis Besar
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP, Sjarief Widjaja memberi teknik khusus dalam penanganan, ikan pelagis besar seperti tuna, marlin, dan tongkol dalam penangkapan agar kesegaranya tetap bertahan.
Nutrisi ikan harus tetap terjaga saat dikonsumsi masyarakat dengan pola tangkap yang benar. Ditekankan bahwa para nelayan harus menanamkan pola pikir (mindset) ini dalam menangkap ikan, terutama ikan pelagis besar yang bernilai tinggi.
“Kita harus membayangkan bahwa ikan ini nantinya akan dipindahkan dari alam ke atas piring. Oleh karena itu, kualitasnya harus memenuhi syarat sebagai ikan yang bernutrisi dan berdampak pada tubuh kita dengan kandungan omega 3 di dalamnya,”ungkap Sjarif, Rabu (29/7/2020).
Dikatakan bahwa kualitas ikan akan mempengaruhi nilai jual di pasar. Ikan tuna misalnya memiliki grading A, B, dan C yang ditentukan oleh kesegaran dan kekenyalannya. Terdapat beberapa teknik penanganan yang harus dilakukan oleh para nelayan.
Sjarief mengungkap beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ikan tuna dapat merasakan tekanan layaknya manusia. Oleh karena itu, penangkapannya harus dilakukan dengan hati-hati sehingga ikan tidak menjadi stress dan berdampak pada kualitas dagingnya.
“Kita harus membiarkan dia tetap berenang sampai titik tertentu dia capek, baru kita tarik pancingnya. Jadi, kita tidak melawan gerakan-gerakan tuna yang bisa menyebabkan dia stress maupun merusak sebagian badannya,” jelas Sjarief.
Kedua, tuna harus disimpan dalam cold storage (freezer) bersuhu dingin yang cukup tinggi (deep frozen) saat dipindahkan di atas kapal. Suhu ideal untuk menyimpan -40 derajat celcius. Namun jika tidak memungkinkan, setidaknya tuna harus disimpan dalam suhu -4 derajat celcius. Selain itu, tubuhnya juga tidak boleh terlempar-lempar, tergores, ataupun cacat.