Produksi Kayu Rakyat Beri Hasil Tambahan Petani Lamsel
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Memanen tanaman sengon atau Albizia chinensis dilakukan Subawi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
Sebagai petani di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan ia melakukan penanaman pohon dengan sistem tumpangsari bersama tanaman pisang, alpukat dan kelapa. Memanen sekitar sepuluh kubik kayu ia mendapat hasil jutaan rupiah.
Harga kayu sengon per kubik dengan panjang 130 cm, diameter 40-49 cm dijual seharga Rp800.000. Menjual sebanyak sepuluh kubik saja ia bisa mendapat hasil sebanyak Rp8juta. Sisanya dijual sebagai kayu bakar untuk produsen batu bata dan genteng. Pemanenan saat usia enam tahun menurutnya bertepatan dengan masuknya sang anak ke bangku SMP.
Produksi kayu yang ditanam secara tumpangsari menurutnya memanfaatkan lahan miring. Kontur perbukitan disebut Subawi dibentuk menjadi lahan terasering untuk penanaman kayu keras. Memanfaatkan bibit sekitar 500 batang yang dipanen secara bertahap ia masih bisa memanen kayu yang memiliki diameter kecil. Butuh satu tahun lagi untuk memanen sengon tahap kedua.
“Produksi kayu rakyat merupakan hasil dari penyuluhan oleh Dinas Perkebunan, Kehutanan untuk memaksimalkan hasil lahan dengan tetap mempertahankan pohon produktif ciri khas desa kami yakni tanaman alpukat, pisang dan kelapa,” terang Subawi saat ditemui Cendana News, Rabu (22/7/2020)
Sebelum melalukan pemanenan kayu sengon, Subawi bisa melakukan panen pisang,kelapa setiap pekan. Musim panen cengkih yang ditanam pada lahan dua hektare miliknya secara tumpangsari memberi nilai ekonomis yang tinggi. Penanaman tumpangsari dilakukan oleh masyarakat di perbukitan untuk mempertahankan sumber air sekaligus menghasilkan secara ekonomi.