Ramalan Kakek Mur

CERPEN NURILLAH ACHMAD

ADA banyak ramalan yang disebut-sebut Kakek Mur, tetapi ramalan satu ini yang paling sering diperbincangkan.

“Suatu hari nanti kau akan dapati keadaan, di mana sejumlah orang tak lagi makan padi, melainkan beralih pada kerikil dan bebatuan. Saat itulah, suara-suara yang tidak berasal dari mulut manusia serupa mantera paling agung,” ujar Kakek Mur, suatu waktu.

Kadang ramalannya terdengar sebagai lelucon kakek tua yang pendengarannya mulai tak wajar. Tapi ketahuilah, mengucapkannya dari waktu ke waktu, pada hakikatnya adalah sebuah pemakluman. Apa yang diperbuat Kakek Mur adalah mengulangi apa yang dilakukan leluhur.

Mereka, kakek buyut saya yang tak saya ketahui bentuk rupanya, misalnya, selalu mengulang-ulang nasihat dengan harapan mewarisi keselamatan dan keberkahan untuk anak cucu.

Saya sendiri menghormati Kakek Mur dengan cara kerap mengakrabi ke sungai. Memasang bubu lalu membiarkan perangkap ikan itu terbenam di dalam arus, sementara kedua kaki bermain keciprak air.

Sembari mendengarkan celotehannya tentang alam, saya heran, mengapa Kakek Mur seakan tak digerogoti usia padahal lansia seumurannya memiliki ingatan yang mulai hilang, tapi hukum alam seperti ini tak berlaku pada Kakek Mur. Ia sangat lancar ketika saya bertanya tentang zaman kompeni, misalnya.

Meski Kakek Mur memasang tampang bersungut, meski kulit keriput tak lagi bisa dibendung, Kakek Mur tampak sangat serius.

Beberapa kali ia menahan umpat, mengapa dulu mudah percaya ketika lelaki pribumi kepercayaan kompeni berteriak lantang kalau akan terjadi pettengan, yakni keadaan di mana nyala matahari tak sampai ke bumi, sehingga tak diketahui kapan pagi dan malam.

Lihat juga...