Sang Santo yang Terbunuh di Aceh

CATATAN RINGAN T. TAUFIQULHADI

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Rencana kunjungan rombongan Malaka yang dipimpin oleh Fransisco de Sousa de Castro , yang di dalamnya ada Berthelot itu, bocor kepada Batavia. Belanda segera mengirim utusan, seakan untuk memperingatkan Aceh bahwa rombongan Malaka tersebut bermaksud buruk. mereka lebih tepat disebut ingin mematai-matai persiapan perang Aceh ke Malaka. Maka tidak heran ketika rombongan de Castro tiba pada 24 Agustus 1638, mereka disambut dingin. Tidak berapa lama kemudian terjadilah percekcokan, dan akhirnya rombongan itu dikepung hendak ditangkap. Tapi de Castro dan anggota rombongan melakukan perlawanan, perlawanan sia-sia. Satu persatu mereka terbunuh. Berthelot, yang diminta bergabung oleh de Castro selain untuk menjadi tim juru runding, sekaligus pemberi berkat, terpojok di suatu tempat, tewas dengan kepala terbelah terkena pedang. Temannya, Redemptus of the Cross, tewas terkena panah di leher.  Di akhirnya, hanya de Castro dan sejumlah awak kapal berhasil meloloskan diri.

Berthelot tewas dalam usia 36 tahun, di tangan kaum yang diburunya “Sarasen”.  Tapi kematiannya, dengan salib di tangan, tidak sia-sia.  Karena pada tahun 1900, Denis of the Nativity atau Berthelot in ditetapkan oleh Paus Leo XIII sebagai salah seorang suci, yang dirayakan sesuai kalender santo ordo tersebut pada setiap 29 November. Jadi inilah kisah Denis of the Navity dari Normandi, yang semula hendak memburu lada, akhirnya mendapat gelar santo di Roma. ***

Pejaten Barat, 13 Juli 2020

Lihat juga...