Satgas Unmul-IDI Berhasil Membuat Jamu Penguat Imunitas
Kalau sudah ada kepastian pembeli, masyarakat siap menanam. Ketika Desa Batu Lepoq dilibatkan untuk memasok bahan baku jamu penguat imunitas, warga pun bersemangat.
Jumaah mengatakan berbagai tumbuhan alami di hutan Batu Lepoq memang digunakan sebagai jamu sejak nenek-moyang. Banyak tanaman yang masyarakat lokal kenal sebagai tanaman obat. Kayu deras, adalah satu contoh, dan masih banyak akar-akar tumbuhan yang berkhasiat yang tidak bisa ia sebutkan.
“Soalnya, kami khawatir nanti kayu itu semakin dicari dan menjadi langka,” tuturnya.
Adapun kendala yang dihadapi masyarakat, adalah ketersediaan lahan. Selama ini, untuk mengembangkan tanaman obat, warga desa harus meminjam lahan ke perusahaan kayu setempat.
Jumaah berharap, lahan perusahaan tersebut bisa dibebaskan agar masyarakat memiliki wilayah tanam sendiri.
Produksi massal
Ketika jamu mulai diterima luas, dukungan dari Rektor Unmul terus bertambah. Lewat bantuan Rp 100 juta, jamu ini diproduksi dengan target 10 ribu botol hingga Mei 2020.
Kabar mengenai jamu buatan Tim Satgas Unmul ini bahkan sampai ke perusahaan nasional, PT Air Mancur. Perusahaan tersebut segera membuat jamu serupa dengan target awal 5.000 botol.
Sementara itu, CV Bio Perkasa juga ikut memasarkan madu ini. Pendekatan bisnis dimulai dengan model start up.
Dekan Fakultas Kehutanan Unmul, Profesor Rudianto Amirta, mengatakan kolaborasi ini diharapkan memberi keuntungan bagi semua pihak. Masyarakat sudah sepatutnya menerima insentif setelah mengupayakan penyelamatan kawasan hutan dengan menanam tanaman obat tradisional.
Budi daya madu, misalnya, KPH Kendilo membuktikan hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa madu kelulut mampu memberi efek ekonomi.