Sejak Bertani Erik Kini Meraih Sukses

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Puluhan bedeng tomat yang ditanam dengan sistem tumpang sari dengan sawi serta deretan bedeng semangka menyejukkan mata saat sepeda motor menanjak di ketinggian tikungan jalan beraspal.

Bedeng-bedeng tersebut dibuat dengan sistem terasering mengingat lahan di Desa Ladagohar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memiliki kemiringan sekitar 30 derajat.

“Saya mulai menanam tahun 2013 karena sejak tahun 2011 kuliah di Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere Fakultas Pertanian Jurusan Agrobisnis,” kata Egedius Laurensius Moat Paji, petani hortikultura asal Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (14/7/2020).

Lahan pertanian hortikultura di Desa Ladogahar Kecamatan Nita Kabupaten Sikka yang siap panen saat disaksikan, Selasa (14/7/2020). Foto: Ebed de Rosary

Erik sapaannya mengaku, semenjak kuliah dirinya bertekad saat kembali ke rumah harus menjadi contoh bagi masyarakat sekitarnya. Ini yang membuatnya sejak tahun 2011 mulai menanam tomat hingga buncis, sawi, cabai  juga semangka.

Dirinya memberanikan diri bertani meskipun minim pengalaman bertani hortikultura. Awal menanam tomat sekitar 800 sampai 1.200 pohon sebutnya dan hasil panen bagus hampir 2 ton tomat.

“Waktu itu harga jual tomat sekilogram Rp7 ribu dan saya dapat untung bersih Rp10 juta. Awal menanam di lahan seluas sehektare tapi saya menanam sekitar seribu meter persegi saja,” ungkapnya.

Lelaki kelahiran Maumere, 23 Juni 1986 ini mengakui, lahan yang dikelolanya saat ini persis di pinggir jalan aspal merupakan milik warga di desa yang dipercayakan kepadanya untuk dikelola.

Lihat juga...