Sejak Bertani Erik Kini Meraih Sukses
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Erik katakan, pemiliknya yang tinggal di Surabaya tertarik setelah melihatnya membuka lahan pertanian di kemiringan dan menggunakan sistem terasering. Dia pun dipersilakan menebang pohon jambu mete agar bisa djadikan kebun hortikultura.
“Awalnya saya menjual sendiri hasil panen di Pasar Alok Maumere. Tetapi seterusnya sudah ada pedagang pengumpul yang datang ambil di kebun atau saya mengantar sendiri ke Pasar Alok setelah harga disepakati,” jelasnya.
Sebelah selatan jalan ditanami cabai tetapi sudah selesai panen pertama bulan April sampai Mei dan masih bunga kedua namun dibiarkan saja tanpa dirawat bahkan mati.
Erik beralasan, meskipun masih bisa panen kedua namun biaya produksinya besar karena dirinya harus membeli air untuk menyirami tanaman ini. Dalam sebulan lelaki 34 tahun ini mengaku, harus membeli air dari mobil tangki berukuran 5 ribu liter dengan harga Rp200 ribu per tangkinya.
“Cabainya saya biarkan saja karena air kurang dan biaya produksinya mahal. Apalagi harga jualnya cuma Rp7 ribu sampai Rp10 ribu per kilogramnya padahal sebenarnya masih bisa dipanen lagi,” terangnya.
Dari hasil bertani, suami dari Theresia Linte Sia Bela ini mengaku bisa membangun rumah, membeli mobil pick up bekas dan sepeda motor serta memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Erik mengaku enak jadi petani karena dirinya bisa mengatur diri sendiri dan menjadi bos di kebun sendiri. Dirinya pun bisa mempekerjakan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
“Saya harus menjadi contoh dan kebun saya harus membuat orang tertarik saat melihatnya,” ucap ayah dari Chelsea dan Daniel ini saat berbincang di kebun miliknya.