Teknologi CBT Hibrid Deteksi Tsunami Dipasang di Megathrust Siberut
Dengan teknologi tersebut, Hammam berharap bisa mendeteksi tsunami lebih awal dengan memanfaatkan gelombang akustik, sehingga tidak perlu menggunakan kabel.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, Yudi Antasena, mengatakan CBT yang akan dipasang di Siberut hanya tujuh kilometer, dan di ujung terluar mengarah Samudra Hindia akan berhubungan secara akustik tanpa kabel dengan sensor-sensor lain di dasar laut.
“Ke depan kalau ini sukses, lebih mengefisiensikan anggaran. Karena prinsipnya mengurangi penggunaan buoy tsunami untuk early warning system yang sering menghadapi kendala nonteknis, yakni fandalisme,” ujar dia.
Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, yang sejak awal di 2005 terlibat dalam kerja sama pengembangan CBT Hibrid, mengatakan kombinasi dua sistem peringatan dini tsunami dengan kabel dan nirkabel tersebut sangat penting untuk memperkuat sistem peringatan dini hulu, karena masih ada kekosongan besar di sana untuk dapat memonitoring laut.
Harapannya, bila teknologi baru ini akurat dapat membantu masyarakat luas, tidak hanya yang ada di sisi barat Sumatra, tetapi juga mereka yang ada di pesisir selatan Jawa, bahkan pesisir lain yang menghadap Samudra Hindia.
“Banyak masyarakat Mentawai yang bertanya soal ini. Mereka justru bisa menjadi pionir memiliki teknologi sistem peringatan dini tersebut, mereka perlu merawatnya, sehingga bisa menyelamatkan masyarakat pesisir Sumatra dan Jawa, jika bila tsunami terjadi,” ujar dia. (Ant)