Tingkatkan Pendapatan Petambak, KKP Dorong Diversifikasi Garam Rakyat
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP, Budi Sulistiyo, mengungkapkan potensi lain dari diversifikasi produk turunan garam yang bisa dikembangkan di antaranya garam atau bittern yang diolah menghasilkan magnesium ataupun perpaduan satu rangkaian produksi tambak garam dengan artemia.
“Sehingga bisa menjadi salah satu solusi kebutuhan pakan pada perikanan budidaya,” jelas Budi.
Diketahui sebagian besar produksi garam di Indonesia dihasilkan dari tambak rakyat yang berpusat di beberapa lokasi seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan.
Proses Diversifikasi Cukup Sederhana
Septi Ariyani, pelaku usaha asal Cirebon, Jawa Barat , berhasil menangkap peluang tersebut dengan mengembangkan garam rakyat untuk kesehatan dan kecantikan yang dilabeli “Rama Shinta Rumah Garam Cirebon” produk relaksasi dengan bahan alami menggunakan garam lokal.
Dari inovasi tersebut, Rumah Garam Rama Shinta berhasil memproduksi 500 kg/hari atau rata-rata 10 ton per bulan.
“Proses pembuatannya terbilang sederhana, yaitu garam bahan baku dicampurkan dengan bahan pelengkap seperti essential oil dan perfume,” kata Septi saat menjadi salah satu pembicara webinar yang digelar oleh Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
Septi menyebut garam sudah kaya kandungan mineral seperti natrium, klor, kalsium, kalium, besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt, dan fluor yang bermanfaat sebagai hidrasi mineral.
Kandungan tersebut masuk melalui kulit saat tubuh berendam menggunakan air rendaman garam laut.
“Kandungan mineral yang terdapat dalam garam memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat menenangkan kulit, jerawat, iritasi, serta menyeimbangkan produksi minyak dan mempertahankan hidrasi,“ terang Septi.